SUARA PEMBACA

Agenda IMF-WB: Penjajahan tak Kasat Mata

Pada 8-14 Oktober kemarin, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali. Sebelum digelar di Bali, pertemuan tahunan oleh Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia ini diadakan di markas IMF-Bank Dunia di Washington D.C., Amerika Serikat, selama dua tahun berturut-turut. Kemudian, untuk tahun berikutnya, pertemuan dilaksanakan di negara anggota terpilih.

Pertemuan-pertemuan ini bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini. Diantaranya pengurangan kemiskinan, pembangunan ekonomi internasional, dan permasalahan lain.

Alih-alih menjadi tuan rumah yang membanggakan. Namun sepertinya Indonesia hanya dimanfaatkan oleh penjajahan berkedok Annual Meeting IMF-WB ini. Karena Indonesia masuk dalam prioritas target pertumbuhan kawasan Indo Pacific sebagaimana rancangan AS dalam National Defense Strategy of USA 2018.

Kekayaan Indonesia akan terus-menerus dihisap oleh penjajah neoimperialis yang berdalih tentang perkembangan ekonom. Maupun kerjasama asing untuk membuat nama Indonesia melesat ke dunia Internasional, namun nihil. Semua kepalsuan itu hanyalah taktik agar Indonesia bisa terus terbodohi oleh penjajah gaya modern ini.

Pada dasarnya mereka hanya akan mengeruk keuntungan dari Indonesia. Karena agenda yang bertajuk semacam ini akan semakin memasifkan Penanaman Modal Asing (PMA) yang justru pemerintah kian menjerumuskan negara dalam defisit transaksi. Di samping terjebak dalam kebijakan suku bunga The Fed, defisit yang paling parah karena impor pangan dan transaksi terkait infrastruktur. PMA besar maka utang akan semakin besar. Sungguh logika absurd jika menyelesaikan defisit dengan malah undang investasi asing.

Neoimperialis akan terus mencengkram ekonomi bangsa Indonesia dan turut campur dalam keuangan rumah tangga negara. Sayangnya, masyarakat awam masih belum sadar akan cara halus yang mereka gunakan. Dengan kegencaran pemerintah dalam mengumumkan keuntungan perhelatan ini, wajar jika masyarakat tak peduli dengan mudharat besar yang tengah menimpa bangsa. Dan sebenarnya bukan hanya kekayaan alam yang diperjualbelikan, namun juga mempertaruhkan ekonomi bangsa yang akan memudahkan asing memasuki sudut-sudut pemerintahan dalam negeri.

Fajrina Laeli
(Mahasiswi STIE Insan Pembangunan)

Artikel Terkait

Back to top button