SIRAH NABAWIYAH

Belajar Ketaatan dari Ibunda Nabi Musa

Bogor (SI Online) – Sepertiga isi Alquran adalah sirah atau sejarah dari umat terdahulu, dan kisah yang Allah gambarkan itu ada pelajaran bagi mereka yang berfikir.

Ibrah (pelajaran) dari kisah-kisah di dalam Alquran itu meliputi empat hal. Yaitu memotivasi, menginspirasi, memberikan solusi terhadap problematika dan memprediksi kejadian,” demikian dijelaskan Ustaz Elvin Sasmita dalam kajian wali santri Kuttab Al Fatih Bogor di Masjid Ijtihad Walidain, Kota Bogor, Sabtu (5/1/2019).

Lalu fungsi Allah menggambarkan kisah dalam Alquran juga meliputi empat hal. Pertama, untuk membenarkan kisah yang dimaksud. Kedua, menjelaskan segala sesuatu, ketiga memberi petunjuk dan yang keempat untuk merasakan kasih sayang Allah SWT.

Salah satu kisah yang dicontohkan Ustaz Elvin dalam kajian tersebut adalah kisah Ibunda Nabi Musa AS.

Bayi Musa lahir disaat penguasa zalim yaitu Fir’aun tidak mengizinkan anak laki-laki hidup. Setiap bayi laki-laki yang lahir, ia perintahkan untuk dibunuh. Di dalam surat Al-Qasas ayat 7 digambarkan, ketika bayi Musa lahir, Allah ilhamkan kepada ibunya untuk menyusuinya lalu kemudian diperintahkan agar bayi tersebut dihanyutkan ke sungai Nil.

“Itu keputusan berat bagi seorang ibu, kebayang gak menghanyutkan bayi di sungai? kalau dari logika manusia itu tidak sampai. Tetapi Allah berjanji akan mengembalikan anak tersebut, dan ketika Allah sudah berjanji maka Dia tidak akan mengingkarinya. Sikap ibu Musa ketika perintah itu datang tidak ada pilihan kecuali mentaatinya. Itulah ciri orang beriman, iman yang tidak ada keraguan sedikitpun,” jelas Ustaz Elvin.

Saat dihanyutkan ke sungai, ternyata bayi Musa belok ke istana Fir’an. Dan ketika istri Fir’aun melihatnya ia langsung tertarik karena bayi tersebut sangat menyejukan mata, maka ia meminta agar bayi itu jangan dibunuh bahkan ia merawatnya.

“Jadi ketika Fir’aun memerintahkan semua bayi dibunuh tetapi malah ada bayi yang hadir di istananya, dan tidak ia bunuh. Inilah cara Allah membolak-balikkan hati manusia, mereka tidak sadar bahwa itu rencana Allah, bayi tersebut yang kemudian hari akan menguburkan kekuasaan Fir’aun,” kata Ustaz Elvin.

Kemudian Allah haramkan perempuan-perempuan untuk bisa menyusui bayi Musa. Singkat cerita, kakaknya Musa lalu menunjukkan siapa yang bisa menyusui dan merawat bayi dengan baik, yaitu ibunya Musa sendiri. Allah janjikan untuk mengembalikan bayi tersebut kepada ibunya dan kemudian menjadikan anak tersebut menjadi seorang Rasul di kemudian hari.

“Inilah skenario Allah yang meruntuhkan akal pikiran kita, dan ibrahnya luar biasa untuk menguatkan keimanan. Ini memberi pelajaran, bahwa Allah akan senantiasa memenuhi janjinya. Karena itu, ketika mentaati perintah Allah tidak boleh ada keraguan didalamnya,” tandas Ustaz Elvin.

red: adhila

Back to top button