MUHASABAH

Berlebaran tak Cukup dengan WhatsApp

Sebentar lagi kita akan melihat sebuah pemandangan di kampung-kampung dan desa-desa berupa banyaknya orang yang datang. Tida lain mereka adalah para perantau yang pulang mudik ke kampung halamannya masing-masing untuk merayakan Idul Fitri dan bersilaturahmi dengan keluarga masing-masing di desanya.

Untuk sampai ke kampung halaman ternyata bukan perkara yang mudah. Mereka harus rela menempuha perjalanan jauh, capek dan bahkan harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk berbagai keperluan mudik tsb. Tetapi tetap mereka lakukan supaya bisa ketemu kelaurga langsung di hari Raya Idul Fitri itu. Para perantau itu merasa tidk puas kalau hanya memohon maaf dan bersilaturahmi cuma lewat WA saja atau hanya memakai gadget saja, mereka merasa harus pulang dan bertemu langsung dengan kerabat dan keluarga di kampung halaman masing-masing.

Kebutuhan Batin

Mudik ternyata sudah menjadi kebutuhan masyarakat kita, terutama pada saat hari raya keagamaan, terutama saat Hari Raya Idul Fitri. Sudah menjadi kebutuhan batin yang kalau tidak terpenuhi bisa menjadi ganjalan di hati dan tidak merasa tenang. Oleh karena itu, walau dalam kondisi apappun masyarakat kita pasti akan merencanakan mudik pada Hari Raya Idul Fitri ini dan jauh-jauh hari mereka akan mempersiapkan segala sesuatunya.

Para perantau itu bahkan sudah memesan tiket angkutan atau kendaraan yang akan membawa mereka ke kampung halaman jauh-jauh hari sebelumnya. Walaupun harga tiket angkutan melonjak tinggi, seringkali tak menyurutkan niat mereka untuk pulang ke kampung halaman. Tetap tiket dengan harga tinggi itu mereka beli, supaya bisa berkumpul dengan sanak saudara di kampung untuk ber lebaran.

Mereka tidak puas hanya dengan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dengan menggunakan gadget atau WA. Mereka merasa harus ketemu langsung secara fisik dengan para kerabat di kampung yang bila tidak dilakukan ada semacam perasaan berdosa.

Komunal

Masyarakat Indonesia memang berkarakter komunal, selalu ingin melakukan berbagai kegiatan secara bersama-sama, bergotong royong dan merasa satu sama lain sebagai satu bagian keluarga yang erat. Oleh karena itu tidak aneh sekiranya pada Hari Raya Idul Fitri ini sifat komunal itu kelihatan sekali, yaitu berbondong-bondongnya warga masyarakat untuk bersilaturahmi di Hari Raya Idul Fitri dengan sesama dan dengan sanak saudara.

Banyak aspek positif dari kegiatan mudik lebaran ini, misalnya saja sebuah kampung menjadi hidup kembali dengan datangnya para penduduk yang merantau ke luar daerah ke kampung halamannya masing-masing. Mereka bisa saling menularkan pengalamannya masing-masing. Tentu saja hal ini membawa pengaruh pula terhadap kegiatan perekonomian di masyarakat yang dengan adanya mudik ini perputaran uang di masyarakat akan dirasakan juga di daerah-daerah atau kampung-kampung.

Kita berharap agar perjalanan para perantau ke kampung halaman masing-masing dapat berlangsung dengan selamat dan memperhatikan aspek kehati-hatian di jalan. Juga diharapkan kegiatan mudik ini dilandasi niat ibadah mencari berkah silaturahmi dan bukan berniat memamerkan segala harta benda yang diperoleh para perantau di tempat kerja masing-masing.

Bila punya harta lebih seyogyanya disumbangkan atau disedekahkan untuk kepentingan yang berguna bagi masyarakat. Selamat berlebaran dan selamat mudik…….

Agus Rianto, SH., M.Hum
Pengajar FH UNS Solo

Artikel Terkait

Back to top button