MAHASISWA

Di Antara Dua Julukan untuk Jokowi

Dilansir dari CNN Indonesia (3/02/2019), sepanjang Sabtu (2/2) Calon Presiden nomor urut 01 dalam Pilpres 2019 Jokowi mengunjungi dua ibu kota provinsi yakni Surabaya (Jatim) dan Semarang (Jateng). Di dua ibu kota provinsi tersebut, Jokowi disematkan dua julukan yaitu “Jancukan” dan “Raja Infrastruktur”.

Meskipun julukan “Jancukan” merupakan singkatan dari Jantan, Cakap, Ulet, Komitmen, dan Antikorupsi , namun dalam bahasa Surabaya “Jancukan” itu memiliki konotasi yang buruk. Biasanya kata tersebut digunakan sebagai umpatan pada saat emosi meledak, marah, atau untuk membenci dan mengumpat seseorang.

Sedangkan untuk julukan “Raja Infrastruktur”, publik memang mengakui bahwa rezim Jokowi-JK banyak membangun infrastruktur. Namun, perlu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam masalah infrastruktur ini.

Pertama, jalan tol mahal. Sebagaimana dilansir dari Republika.co.id (30/01/2019) Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita minta tariff kendaraan besar di Tol Trans Jawa dapat dikaji ulang. Dia mengatakan tarif Tol Trans Jawa sangat mahal untuk kendaraan logistik. Tarif Tol Trans Jawa untuk kendaraan besar Jakarta hingga Surabaya dapat mencapai di atas satu juta rupiah, “ungkap Zaldy”.

Dari sini tampak jelas bahwa pembangunan infrastruktur seperti jalan tol hanya bisa dinikmati oleh orang yang membayar saja, maka yang tidak sanggup membayar tidak dapat melewati jalan tol. Sungguh miris. Jelas ini bukan infrastruktur melainkan ladang bisnis.

Kedua, dana jalan tol sebagian besar berasal dari utang yang berbasis ribawi. Jelas, islam telah mengharamkan riba. Bahkan orang yang makan riba satu dirham atau setara dengan 75ribu rupiah itu dosanya seperti zina 36 kali dan zina itu memiliki 73 pintu. Dosa yang paling kecil dari zina itu seperti menzinahi ibunya sendiri. Wallahu a’lam.

Wulan Eka Sari
Aktivis Mahasiswa di Padang

Artikel Terkait

Back to top button