MAHASISWA

Fitrah Cinta dari Allah

Rasa Cinta merupakan hal fitrah dari Allah yang ada pada setiap manusia. Karena cinta pun diciptakan oleh Allah SWT agar manusia bisa merasakan cinta antara satu dengan lainnya. Tentu jika berbicara cinta, kebanyakan dari kita fokus terhadap lawan jenis, padahal konteks cinta tidak sesempit itu. Cinta bisa dirasakan antara anak dan orang tua, antara dua sahabat laki-laki atau perempuan, atau cinta pada hal lainnya.

Setiap manusia yang merasakan cinta adalah salah satu bukti bahwa memang cinta tersebut diciptakan oleh Allah SWT, sesuai dengan salah satu nama indah-Nya yaitu Al Waduud yang berarti “Sang Maha Cinta”. Dari sinilah setiap manusia, Allah perbolehkan jatuh cinta.

Di era sekarang, kebebasan berekspresi dan kebebasan berpendapat merupakan hak setiap orang sehingga mengakibatkan mengekspresikan rasa cinta bisa menggunakan cara apapun bahkan tanpa mementingkan batasan hukum syara’. Hukum syara’ atau syariat Islam adalah hal yang penting dan terikat bagi setiap Muslim, tentu saja kondisi “bebas berekspresi” saat ini sangat bertolak belakang dengan batasan-batasan hukum syara’.

Kita bisa melihat bukti dari kebebasan berekspresi tepat setiap Februari, hari Valentine menjadi hari spesial yang banyak ditunggu-tunggu setiap kalangan, terutama kalangan remaja. Kenapa? Karena pada hari tersebut setiap orang bebas mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain tanpa memperdulikan batasan-batasan moral apalagi hukum syara’

Banyak sekali kasus-kasus yang terjadi, dengan dalih atas nama cinta banyak pasangan yang bukan suami istri melakukan hubungan yang terlarang/berzina. Kebebasan berekspresi tanpa batas membuat perilaku zina menjadi sesuatu yang berhubungan dengan personal setiap orang sehingga tidak ada satu orang pun yang berhak melarangnya apalagi jika hal tersebut dilakukan karena suka sama suka.

Lalu benarkan cara mengekspresikan cinta seperti itu adalah hal yang Allah perbolehkan? Tentu saja tidak, bahkan Allah melarang kita untuk mendekati zina pada. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32). Mendekatinya saja tidak boleh apalagi berzina, naudzubillah. Hal ini juga berhubungan dengan fenomena pacaran, ada yang berpendapat bahwa tanpa pacaran atau tanpa menyatakan cinta kita hidup ini menjadi “kering”, lalu bagaimana Islam memandang hal ini?

Islam adalah agama yang terdiri dari seperangkat aturan yang sangat detail, bahkan perkara cinta juga sudah diatur. Allah SWT menciptakan rasa cinta, jelas disertai dengan aturan bagaimana menyalurkan dan mengendalikan rasa cinta tersebut. Mengekspresikan atau menyalurkan rasa cinta, dalam syariat Islam diatur agar setiap manusia tetap berada pada jalur yang tepat, yaitu dengan menikah. Tentu saja menikah harus dengan bekal ilmu, kesiapan mental, kesiapan fisik dan kesiapan materi.

Beberapa pihak banyak yang mengatakan bahwa aturan Islam mengekang seseorang untuk mengekspresikan cinta melalui pacaran. Menurut mereka, tidak mungkin seseorang bisa menikah tanpa mengenal calon pasangannya, yaitu dengan jalan “pacaran”. Padahal Islam menentang pacaran, bukan berarti menikah tanpa mengenal calon pasangannya atau seperti istilah “membeli kucing dalam karung”. Cara Islam yang digunakan untuk mengenal calon pasangan adalah dengan cara ta’aruf.

Sudah jelas bahwa Allah SWT menciptakan segala aturan-Nya untuk mengatur setiap kehidupan manusia, karena memang manusia hanyalah makhlukNya yang membutuh petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Tentu aturan tersebut haruslah bersumber dari Allah SWT sebagai Al-Khaliq (Maha Pencipta) dan Al- Mudabbir (Maha Pengatur). Bukan dengan aturan yang dibuat manusia atau tanpa batasan-batasan yang jelas.

Sebaik-baiknya cara kita menyalurkan rasa cinta adalah dengan mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya, dengan cara itulah Allah SWT akan mempertemukan kita pada cinta yang benar dan tepat. Jika prioritas kita hanya berfokus pada kecintaan duniawi, maka bisa dipastikan hal tersebut tidak akan bertahan lama. Cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya-lah yang merupakan cinta abadi, yang bisa membimbing kita agar tetap berada pada jalan yang Allah SWT ridhai. Maka peliharalah cinta kita kepada “Sang Maha Cinta” agar kita mendapatkan cinta yang membawa kita kepada keberkahan.[]

Albayyinah Putri
Mahasiswi Universitas Jayabaya

Artikel Terkait

Back to top button