MUHASABAH

Prabowo Capres Pilihan Ulama

Ahad, 16 September 2018 lebih dari seribu ulama dan tokoh umat yang datang dari seluruh penjuru wilayah NKRI berkumpul di Grand Cempaka Jakarta untuk mengikuti Ijtimak Ulama II yang diadakan oleh GNPF menyusul Ijtimak Ulama I yang menetapkan Prabowo sebagai Capres yang direkomendasikan oleh Ijtimak Ulama. Para peserta ijtimak ulama memang sudah menanti kapan saatnya Ijtimak Ulama II, pasalnya sempat ada dead lock dari hasil Ijtimak Ulama I ketika Ustaz Abdul Somad menolak dijadikan cawapres Prabowo. Sedangkan Habib Salim tidak diterima partai koalisi umat. Sehingga muncul spekulasi bahwa GNPF bisa berpaling dari Prabowo ke Jokowi. Digelarnya Ijtimak Ulama II yang mengukuhkan Prabowo-Sandi sebagai paslon yang diusung ulama dalam pilpres 2019 mengakhiri spekulasi dan berbagai tanda tanya yang muncul.

Prabowo didampingi Ketum PAN Zulkifli Hasan, Waketum Gerindra Fadli Zon, Sekjen PKS Mustafa Kamal, dan Ketua Majelis Syuro PBB MS Kaban disambut peserta dengan gegap gempita. Bahkan ketika Prabowo menyampaikan permintaan maaf kepada para peserta ijtimak karena bersama mitra koalisinya harus memutuskan Sandi sebagai cawapres dan tidak mengakomodir hasil ijtimak I, para peserta berteriak-teriak: Tidak! Tidak ! Tidak mengapa! Rupanya keberadaan Sandi sebagai Cawapres Prabowo bisa diterima dengan baik oleh para peserta ijtimak ulama.

Alhamdulillah. Walaupun siang itu Sandi tidak datang karena masih silaturrahim dengan simpul-simpul umat pendukung Prabowo-Sandi di Medan tidak mengurangi semangat dukungan dan antusiasme para peserta ijtimak kepada Prabowo yang orasinya siang itu memang luar biasa. Sehingga penandatangan Pakta Integritas yang ditandatangani Prabowo bersama pimpinan GNPF disambut meriah dan menutup segala polemik yang selama ini banyak muncul di medsos seolah-olah ada gap antara Prabowo dan para ulama.

Satu hal yang mengagetkan para peserta, termasuk saya sendiri, namun sekaligus memberikan keyakinan bahwa para ulama peserta ijtimak itu tidak salah pilih, atau apalagi harus dicap telah masuk angin, adalah cerita Prabowo bahwa saat dia hendak menuju KPU untuk mendaftarkan pencapresannya bersama Sandi, Jumat 10 Agustus 2018, Prabowo dan seluruh tokoh mitra koalisi dan ribuan pendukungnya menunaikan sholat Jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa.

“Khatibnya ada di pimpinan Ijtimak ini, yaitu KH. Al Khaththath, saya mohon maaf kepada KH. Al Khaththath, karena saya ini khawatir kepada beliau, karena beliau ini kalau ceramah suka keras, radikal, Pak Amien Rais saja khawatir dengan ceramah beliau…tapi khutbah beliau saat itu luar biasa tepat masuk ke jantung hati saya…sesuai dengan yang saya butuhkan…sampai saya menangis, padahal saya jarang sekali menangis, dan tidak pernah mendengar khutbah hingga menangis kecuali saat itu. KH. Al Khatthath sebagai khatib katakan bahwa tupoksi penguasa itu ada dua, yakni mengemban amanat penderitaan rakyat dan memerintah dengan adil. Tidak boleh ada rakyat yang lapar, tidak boleh ada rakyat yang telanjang, tidak boleh ada rakyat yang gelandangan. Kalau ada satu saja rakyat yang lapar…apapun suku bangsa dan agamanya, maka penguasa itu di akhirat akan dimintai pertanggung jawaban! Inilah yang membuat saya menangis…dan ini harus jadi acuan kita dalam perjuangan ke depan…” Prabowo mengatakan itu dengan berkaca-kaca.

Saya pun ikut berkaca-kaca haru sekali. Saya pikir Prabowo ini walaupun cawapresnya bukan ulama tapi secara de facto dia sudah menempatkan dirinya selalu didampingi ulama, karena begitu terkesannya dengan khutbah ulama dalam khutbah Jumat yang mengingatkan tentang tupoksi seorang penguasa. Dan dia merekam isi dari firman Allah SWT dalam QS. An Nisa ayat 58 tersebut dan mengungkapkannya di berbagai pertemuan dan itu menjadi landasan berfikirnya sebagai seorang pemimpin. Allahu Akbar!

Saya melihat Prabowo di balik sikapnya yang sering disebut kasar namun punya hati yang lembut. Siap menerima kebenaran walaupun hanya dari seorang khatib, bukan dari seorang yang istimewa dan bukan dari kawan dekatnya. Perlu diketahui bahwa khutbah Jumat pada waktu itu juga diikuti oleh banyak tokoh besar seperti sesepuh PAN Prof. Dr. Amien Rais, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Syuro PKS Dr. Salim Segaf Al Jufri, Wakil Ketua MPR Dr. Hidayat Nur Wahid, Ketua SC Ijtimak KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, dan Ketum Partai Idaman H. Rhoma Irama. Qadarullah, pengurus MASK Dr. Sutrisno Muslimin meminta saya dadakan untuk menyampaikan khutbah Jumat. Alhamdulillah Allah SWT membimbing lisan saya hingga fasih menyampaikan ayat tentang tupoksi seorang penguasa muslim. Dan mengena di hati seorang Capres Prabowo, dan terus menjadi pemahaman yang melekat di hatinya. Allahu Akbar!

Dalam hati saya bersyukur dan sekaligus berdoa semoga Allah SWT mengirim Prabowo untuk memimpin bangsa Indonesia laksana Dia SWT mengirim Umar bin Khaththab r.a. untuk memimpin bangsa Arab sepeninggal Rasululllah Saw. dan Abu Bakar r.a. yang mampu membangkitkan bangsa Arab menjadi sebuah negara adidaya yang mampu mengungguli imperium Rumawi dan Persia serta menebarkan keadilan dan kesejahteraan bagi umat manusia. Allahu Akbar! 3x Walillahilhamd!

KH Muhammad Al Khaththath
Sekjen Forum Umat Islam (FUI) dan Sekjen GNPF Ulama

Artikel Terkait

Back to top button