OPINI

Reuni Akbar 212: Momentum Persatuan dan Kebangkitan Islam

Adalah suatu keniscayaan jika kebathilan senantiasa menghalangi kebenaran. Begitulah kondisi menuju Reuni Akbar 212 beberapa hari ke depan. Upaya penghadangan tak berhenti dilakukan untuk menggagalkan agenda akbar umat Islam ini. Mulai dari pemasangan poster “Propaganda Kemacetan”, politisasi salah satu capres, ancaman perebutan atribut kalimat Tauhid, hingga upaya pembatalan ke agen-agen bus yang disewa peserta reuni.

Bahkan penghadangan pun merambah dunia maya. Diketahui penulis, akun resmi @212ReuniAkbar sempat terkena suspend. Begitu juga akun baru Habib Rizieq Syihab tak luput terkena suspend pihak Twitter. Perang cuitan pun tak kalah sengit dan nyinyir.

Di daerah penulis sendiri, dari sumber terpercaya, dikatakan bahwa ada upaya ancaman oknum tertentu ke agen-agen bus. Agar pihak agen segera mengembalikan uang DP bus yang direncanakan disewa peserta aksi. Tujuannya jelas upaya penggembosan massa Reuni Akbar 212. Hal menjadi rahasia publik mulai dari Aksi Bela Islam 212 pada 2016 hingga hari ini.

Mirisnya ulama yang menjadi penggerak Aksi Bela Islam 212 dua tahun silam. Hari ini justru berupaya melemahkan ghirah umat Islam untuk hadir di Reuni Akbar 212. Dilansir dari gelora.co, 25/11/2018, KH. Ma’ruf Amin mengatakan gerakan 212 dibuat tujuannya supaya Ahok dihukum. Akhirnya Ahok dihukum, maka 212 sudah selesai, gerakan tersebut ia bubarkan. Sebelumnya KH. Ma’ruf Amin menolak hadir dalam Reuni 212.

Ya, Ahok boleh saja sudah berada di balik jeruji besi. Tapi Pak Kyai lupa, hingga hari umat Islam tak pernah “membubarkan” spirit 212 dalam dirinya. Sebaliknya spirit 212 menjadi bahan bakar energi yang luar biasa besar yang menggerakkan umat. Dimana hingga detik ini, ketidakadilan dan kezaliman masih menimpa umat.

Kita tentu menolak lupa, bagaimana hingga hari ini kriminalisasi masih terjadi. Menyasar para ulama dan tokoh yang vokal membela umat dan mengkritisi kebijakan zalim rezim. Kasus terbaru adalah Ahmad Dhani yang divonis 2 tahun penjara. Sebab kasus ujaran kebencian yang seolah direkayasa. Kasus yang hampir sama menimpa Gus Nur. Ulama yang terkenal lantang menyuarakan kebenaran ini, ditetapkan menjadi tersangka oleh Polda Jawa Timur. Sebab kasus dugaan pencemaran nama baik yang juga seolah dipaksakan.

Jauh hari sebelumnya, publik dikejutkan dengan upaya kriminalisasi dan framing jahat kepada Habib Rizieq Shihab. Terkait kasus pemasangan bendera Tauhid oleh oknum tak bertanggung jawab di dinding rumahnya di Arab Saudi. Media sekuler membingkai narasi jahat seolah-olah Habib Rizieq ditangkap dan ditahan kepolisian Arab Saudi. Padahal faktanya beliau hanya dimintai keterangan terkait pemasangan bendera Tauhid tersebut.

Bukan hanya para ulama dan tokoh yang dikriminalisasi. Ajaran Islam pun senantiasa jadi sasaran tembak rezim. Labelisasi fundamentalis, radikalisme, dan terorisme senantiasa disematkan kepada Islam. Kasus terbaru adalah skenario cantik lewat BIN yang merilis 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikal. Dapat dipastikan ini adalah skenario yang sama untuk memecah belah umat dengan cara “kotakisasi”. Di satu sisi menebar ketakutan dengan pencitra-burukan Islam di tengah umat.

Di antara kasus-kasus tersebut, kasus terpanas yang menimbulkan kemarahan umat Islam sedunia. Adalah kasus pembakaran bendera Tauhid oleh oknum GP Ansor. Kasus yang terjadi bertepatan dengan Hari Santri Nasional tersebut tak ayal menimbulkan aksi di beberapa daerah. Apatah lagi rezim tampak berupaya melindungi pelaku. Di satu sisi ada upaya rezim menggiring opini dan framing jahat bahwa bendera yang dibakar adalah bendera milik ormas tertentu, bukan bendera Tauhid. Maka tak heran jika Aksi Bela Tauhid ibarat gelombang besar yang hampir terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Puncaknya adalah Aksi Bela Tauhid 411.

Ahok boleh dipenjara, GNPF MUI boleh saja bubar, tapi ghirah persatuan umat Islam tak akan pernah padam. Sunatullah kebathilan senantiasa menghadang kebenaran. Sunatullah pula jika umat memiliki kecenderungan untuk bersatu. Namun di balik semua itu, energi besar yang mengerakkan umat adalah kezaliman yang menimpa umat hingga hari ini. Serta kerinduan umat hidup dalam naungan sistem Ilahi. Di satu sisi umat sudah terlalu lelah dibuat bercerai berai lewat berbagai upaya pecah belah dan adu domba. Kini saatnya umat diikat dalam persatuan yang hakiki. Dan persatuan umat Islam adalah suatu keniscayaan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.” (TQS. Ali Imran ayat 103).

Pentingnya persatuan umat juga ditegaskan kembali oleh Ustadz Bachtiar Nasir di acara Muslim United di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, 18/10/2018. Beliau menyampaikan bahwa seluruh tokoh pergerakan dunia, ulama dunia mengatakan bahwa kebangkitan Islam itu dari Indonesia. Tidak ada cara kalau Indonesia ingin menjadi negara yang kuat yaitu dengan bersatu. Maka jangan lelah untuk bersatu. Bahkan ulama-ulama Palestina berkata yang akan membebaskan Al Aqsa adalah negara yang terjauh dari Masjidil Aqsa dari Asia dan itu adalah Indonesia (panjimas.com, 18/10/2018).

Kesatuan dan persatuan yang kuat itulah kunci kemenangan umat ini. Dan semua itu akan terwujud kalau Islam diterapkan secara kaffah. Maka dibutuhkan institusi yang membumikan syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia yaitu khilafah. Tentunya semua itu dibutuhkan kerja keras para pengembannya.

Maka untuk mengawali itu semua, menyambut seruan Jubir PA 212 Novel Bamukmin untuk mengibarkan 1 juta bendera tauhid dalam acara reuni 212. Mari kita berbondong-bondong datang menuju Reuni Akbar 212. Bersatu di bawah naungan jutaan bendera tauhid. Jangan jadikan penghadang sebagai rintangan, sebaliknya jadikan azzam yang kuat untuk datang. Jangan jadikan ancaman sebagai ketakutan, sebaliknya jadikan wasilah untuk berjihad di jalan Allah Ta’ala.

Mari kita buat musuh-musuh agama ini gemetar ketakutan. Kita jadikan Reuni Akbar 212 sebagai momentum kebangkitan Islam sebagaimana para ulama kita kabarkan. Jikalau di masa silam, 14 abad lamanya Islam mampu memimpin dunia. Maka suatu keniscayaan masa depan dunia di bawah kepemimpinan Islam.

Semoga Allah Ta’ala menguatkan dan memudahkan langkah kita menuju Reuni Akbar 212. Semoga Allah Ta’ala melapangkan segala kesempitan sehingga kita dapat memberikan kontribusi terbaik untuk Islam dan umatnya. Besar harapan berkumpulnya kita di Reuni Akbar 212 adalah gambaran berkumpulnya kita di jannah-Nya kelak.

Mari kita gencarkan pula doa, semoga Allah Ta’ala menggagalkan berbagai upaya penghadangan yang menghalangi persatuan umat. Sebab Allah Ta’ala sebaik-baiknya pembuat tipu daya. “Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS. Ali Imran ayat 54).

Wallahu’alam bishshawwab.

Ummu Naflah
Pengajar

Artikel Terkait

Back to top button