FOKUS MUSLIMAH

Perempuan: Antara Paradigma Sesat dan Peran Mulia

International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional dirayakan setiap 8 Maret. Pada 2019 ini, “balance for better” menjadi tema yang diangkat. Dalam situs resminya, International Women’s Day mengungkapkan alasan kenapa “balance for better” menjadi tema pada 2019 ini.

Tema tersebut diambil tidak lain ditujukan untuk kesetaraan gender, kesadaran yang lebih besar tentang adanya diskriminasi dan merayakan pencapaian perempuan. Hal ini termasuk mengurangi adanya gap pendapatan atau gaji pria dan wanita. Memastikan semuanya adil dan seimbang dalam semua aspek, pemerintahaan, liputan media, dunia kerja, kekayaan dan dunia olahraga. (detik.com, 8/4/2019).

Ya, setiap tahun Hari Perempuan Internasional tak luput diperingati di berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia. Namun, berbagai problematika perempuan tak kunjung tuntas. Bahkan semakin pelik seiring berjalannya masa. Padahal sejatinya, Hari Perempuan Internasional lahir sebagai titik fokus gerakan untuk hak-hak perempuan.

Mengusung isu yang sama setiap tahunnya. Kesetaraan dan keadilan gender menjadi isu yang terus diperjuangkan oleh aktivis feminisme. Dalam kacamata mereka, konsep kesetaraan dan keadilan gender yang dicita-citakan belum lah tercapai. Mengingat perempuan masih menjadi warga kelas dua dalam ruang-ruang ekonomi, politik, sosial, budaya dan hukum.

Tentunya ini menjadi pertanyaan besar bagi para aktivisnya. Sebab isu ini tak henti-hentinya digaungkan di setiap momen Hari Perempuan Internasional. Lalu apa yang salah?.

Paradigma Sesat Kapitalisme terhadap Perempuan

Lahirnya Hari Perempuan Internasional dilatarbelakangi oleh potret kelam kondisi perempuan di Barat. Kapitalisme yang diemban Barat memiliki paradigma mendasar yaitu memandang perempuan sebagai objek ekonomi. Perempuan diperas darah dan keringatnya untuk menggerakan roda perekonomian negara dengan upah murah. Sementara hak-haknya tidak dipenuhi dengan layak. Inilah yang memicu kelahiran feminisme Barat yang mencetuskan Hari Perempuan Internasional. Sebagai simbol perjuangan kesetaraan dan keadilan gender.

Paradigma sesat inilah yang menjadikan perempuan tersandera oleh kapitalisme hingga kini. Sementara berbagai solusi yang ditawarkan kapitalisme ternyata tak mampu menuntaskan problematika perempuan. Sebaliknya menjadi biang kehancuran masa depan perempuan dan generasi.

Misal, kampanye gerakan “He for She” sebagai upaya memperluas komitmen untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada perempuan. Sehingga memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang layak. Dimana gerakan ini bertujuan untuk mengubah dominasi kelompok laki-laki atas perempuan dengan perbandingan 70% laki-laki dan 30% perempuan seperti yang selama ini terjadi.

1 2 3 4Laman berikutnya
Back to top button