SUARA PEMBACA

Unicorn: Potensi dan Ancaman untuk Indonesia

Semejak debat capres kedua yang telah diselenggarakan pada 17 Februari lalu, kata ‘Unicorn’ seolah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Kata Unicorn keluar pada saat Jokowi melontarkan pertanyaan kepada Prabowo tentang kebijakan apa yang akan dibuat untuk menangani Unicorn di Indonesia. Sebagian orang sudah terbiasa dengan istilah Unicorn, namun masih banyak yang nampaknya belum memahaminya. Lalu, apa sih Unicorn itu?.

Unicorn merupakan perusahaan rintisan (start-up) yang memiliki valuasi aset sebesar US$ 1 Miliar. Indonesia sendiri memiliki empat Unicorn, yaitu Tokopedia, Go-Jek, Traveloka, dan BukaLapak. Unicorn merupakan perusahaan yang sangat maju laju perkembangan bisnisnya sehingga memiliki nilai aset yang sangat fantastis. Tentu itu merupakan suatu hal yang menjanjikan di bidang bisnis. Namun, janganlah kita terlena dulu dengan keberlimangan harta aset yang berlimpah ini. Karena ternyata, dengan adanya Unicorn di Indonesia, merupakan suatu “ancaman” tersendiri untuk bangsa ini, jika dikelola dengan hati-hati dan seenaknya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, saat ini banyak investor yang sangat tertarik dengan unicorn di Indonesia. Bagaimana tidak? Tawaran aset yang menggiurkan dan tambang data konsumen yang sangat besar dimiliki oleh perusahaan unicorn. Sungguh merupakan peluang besar bagi investor asing untuk masuk dan mengeruk perusahaan unicorn di Indonesia. Ternyata asing tidak hanya berpuas diri dengan pengerukan secara masif SDA di Indonesia, merekapun menargetkan perusahaan rintisan sebagai mangsanya. Dengan embel-embel investasi dan pembagian saham, lama kelamaan mereka akan mulai mencari-cari keuntungan dan berkemungkinan untuk menguasai saham perusahaan. Sungguh suatu skenario yang selalu ditampilkan asing untuk mengambil alih sektor-sektor potensial di Indonesia.

Tentu unicorn menjadi makanan lezat bagi para kapitalis. Bahkan segala aspek potensial di Indonesia termasuk unicorn pada akhirnya hanya berfokus untuk mensejahterakan kapitalis, bukan mensejahterakan rakyat. Mimpi buruk itu akan terjadi jika sistem ekonomi yang diterapkan masih Sistem Ekonomi Kapitalis. Karena memang sistem ini lebih pro kepada para elite kapitalis, bukan kepada rakyat. Berbeda dengan Sistem Ekonomi Islam yang sangat pro dan mensejahterakan rakyat. Karena segala halnya telah diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang otomatis tidak akan membiarkan ketidakadilan merajalela, karena Allah-lah Sang Pembuat hukumnya.

Demikianlah, potensi kekayaan Indonesia yang bisa menyejahterakan rakyat hanya akan jadi angan-angan belaka apabila masih diatur dengan Sistem Kapitalisme. Karena tidak akan membuahkan keadilan hingga kapanpun. Hanya sistem Islam lah satu-satunya solusi bagi kebobrokan dan permasalahan umat saat ini. Namun, penerapan sistem Islam tidak akan terjadi begitu saja. Butuh usaha dari seluruh umat Islam untuk mengemban dakwah ke seluruh isi bumi. Butuh penerapan Islam secara kaffah untuk menuntaskan seluruh problematika umat. Dan kini saatnyalah peran pejuang Islam untuk memperjuangkan haknya demi tercapainya kembali syariat Islam secara sempurna. Allahu Akbar!

Wallahu a’lam bisshowab.

Anurma Zahidah, tinggal di Bandung

Artikel Terkait

Back to top button