OPINI

11 Tahun Gerindra, Songsong Kemenangan Prabowo dan Rakyat

Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) genap berusia 11 tahun. Di usianya yang baru lewat satu dekade tersebut Gerindra telah tumbuh menjadi partai besar dan disegani. Bahkan, dalam Pemilu 2019 yang akan digelar 17 April nanti, Gerindra dipercaya banyak pihak bisa meraih “double winners”, alias menang dalam pemilihan anggota parlemen sekaligus juga menang dalam pemilihan presiden.

Seluruh kader Gerindra pastinya berharap bisa meraih dwi kemenangan tadi. Dalam Pilpres, Gerindra berjuang bersama Koalisi Adil Makmur yaitu Partai PKS, PAN, Partai Demokrat dan Berkarya.

Harus diakui, ‘winning power’ Gerindra memang terus membesar. Begitu juga dengan ‘winning power’ calon presiden H. Prabowo Subianto, yang terus melesat naik. Selain dari animo masyarakat, hal itu juga bisa dilihat dari apresiasi para pemimpin serta perwakilan negara-negara sahabat yang makin hangat dan terbuka kepada kami.

Tak heran, serangan-serangan dari lawan politik belakangan ini kian gencar kepada Gerindra dan Capres Pak Prabowo. Mereka tentu tak menyukai trend elektabilitas Pak Prabowo ini.

Salah satu fitnah dan serangan yang kerap ditujukan kepada Gerindra adalah tuduhan bahwa partai ini beraliran radikal atau sektarian. Padahal, sebagaimana ditulis dalam Manifesto Partai Gerindra, jati diri partai Gerindra adalah kebangsaan, kerakyatan, religius, dan keadilan sosial. Apa yang menjadi jati diri partai kami, sebenarnya adalah jati diri Indonesia itu sendiri.

Sesudah Reformasi banyak partai mengklaim diri sebagai partai kebangsaan, namun di sisi lain mereka menjauh, atau juga dijauhi oleh ummat. Padahal, bagaimana bisa kita meneruskan keindonesiaan jika tak membawa serta ummat?! Bagaimana bisa kita mempertanggungjawabkan pluralisme, jika kita alergi terhadap religiusitas yang telah menjadi kultur bangsa kita?! Bagaimana bisa kita menegakkan persatuan, jika kita sendiri memusuhi elemen-elemen penyusun bangsa ini, terutama lem perekat terbesarnya?!

Di sisi yang lain, Indonesia juga tak mungkin bisa diteruskan hanya oleh satu dua golongan terbesar saja, tanpa merangkul golongan-golongan yang lain. Kebhinekaan adalah sunatullah, amanat nenek moyang yang telah diwariskan kepada kita. Semua itu harus terus kita hidupi dengan arif dan bijaksana. Jadi, begitulah posisi politik Gerindra. Kami adalah partai nasionalis religius.

Partai Gerindra sejak awal membawa semangat perjuangan untuk rakyat. Sebagaimana berkali-kali ditegaskan oleh Pak Prabowo, partai ini bukanlah milik perorangan, tapi milik seluruh rakyat Indonesia. Mungkin itu sebabnya, meskipun secara usia tergolong muda, namun Partai Gerindra telah banyak dipercaya rakyat. Saat ini Gerindra telah menjadi partai ketiga terbesar. Dan dalam Pemilu 2019 nanti, insya Allah Gerindra bisa menjadi pemenang pemilu.

Semua capaian itu tentu tak terlepas dari kerja keras seluruh pengurus, kader, sayap partai, simpatisan dan elemen masyarakat dari berbagai latar belakang. Dan tentu saja, Gerindra tak akan bisa mencapai semua ini tanpa dukungan dan kepercayaan dari masyarakat.

Selamat ulang tahun, Partai Gerindra. Insya Allah, dengan kerja keras kita bisa menang! Indonesia akan menang! Indonesia akan jaya!

Dr. Fadli Zon, M.Sc.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Wakil Ketua DPR RI

Artikel Terkait

Back to top button