OPINI

Ada ‘Mobile Legends’ di Arena Debat Capres

Mobile Legends, gim online yang kini tengah digandrungi anak-anak muda di Indonesia, bahkan dunia, tak luput dari perhatian salah satu paslon (pasangan calon) pada debat calon presiden (Capres) 2019. Sebab capres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) menanyakan strategi pengembangan gim digital kepada Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.

Miris, menyaksikan debat calon presiden. Serasa melihat nasib bangsa ini yang berada di ujung tanduk. Tampak salah satu paslon memberi perhatian hanya pada perkara remeh temeh. Gim online menjadi bahan yang perlu disampaikan pada debat sekelas penguasa negeri. Seolah hal itu merupakan bagian penting pada peningkatan kualitas anak bangsa.

Padahal masih segar terjadi baru-baru ini. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir, poli kejiwaan Rumah Sakit Umum dr Soebandi Jember, Jawa Timur telah melakukan perawatan terhadap lima orang remaja. Kelima pasien tersebut berusia 10 hingga 14 tahun, mengalami kecanduan gim online. Mereka menjadi pribadi yang cenderung kasar dan mudah marah.

Menurut psikiater RS dr Soebandi, dokter Justina Evy, gangguan perilaku yang mereka derita diyakini akibat game online Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG). Jadi seakan-akan mereka itu ingin menjadi tokoh dalam gim, hingga sering melakukan kekerasan terhadap orang lain, seperti adik, kakak, dan anggota keluarga yang lain. Dampak buruk gim ini dirasakan di beberapa negara. India sudah melarang peredarannya.

PBUG memang bukan mobile legends. Akan tetapi mengangkat perkara gim online pada acara penting yang dilihat seluruh mata umat di penjuru negeri, jelas menunjukkan kapasitas berpikir seorang penguasa. Mungkin ia ingin meraih suara dukungan dari kalangan milenial, dengan mengangkat topik mobile legends, gim online yang banyak diminati saat ini.

Sebab disinyalir mobile legends: Bang Bang merupakan salah satu gim mobile terpopuler di Indonesia. Berdasarkan pernyataan Operational Manager Moonton Indonesia, Dimaz Wiratama S. jumlah pengguna aktif bulanan Mobile Legends di Indonesia kini mencapai 50 juta. Mobile Legends saat ini memiliki total 170 juta pengguna aktif per bulan di seluruh dunia dan Indonesia merupakan kontributor terbesar. (Liputan6.com 5/9/2018).

Negeri pengemban sekuler jelas mengutamakan standar kebahagiaan pada materi. Joddy Hernady selaku EVP Digital & Next Business Telkom, menyatakan : “Gaming itu pendapatannya bisa tujuh kali lipat dari pendapatan sebuah film.” Pertumbuhan industri game di Indonesia itu mencapai angka 40%. (http://marketeers.com/telkom-serius-garap-industri-game-dalam-negeri/)

Badan Ekonomi Kreatif mencatat nilai industri game pada 2015 mencapai US$321 juta atau Rp4,78 triliun, di 2016 sebesar US$704 juta atau Rp10,49 triliun, kemudian pada 2017 sebesar US$882 juta atau RP13,5 triliun. Nilainya terus bertambah setiap tahun. Wajar bila hal ini memikat para kapital. Tak peduli pada output yang dihasilkan sumber daya manusia (SDM). Sebab rakyatlah yang membeli produk kapital. Tak peduli betapa rusaknya jualan mereka.

Siapapun yang peduli dengan generasi, perkembangan permainan gim online jelas-jelas mengerikan karena telah memakan korban. Bukan hanya merusak fisik, mental bahkan akal. Generasi yang candu game, mengalami kesulitan berpikir secara fokus, emosional, serba cepat tanpa mau usaha, mudah menyalahkan lingkungan, asosial, dan lain-lain.

Bagi umat, hal ini bukan prestasi. Kapitalisme menjual berbagai produk, menjajakan kerusakan hingga ke genggaman tangan generasi. Kemudahan akses informasi bagai dua sisi mata uang. Jika generasi mengambil ilmu maka akan bermanfaat. Sebaliknya jika kerusakan atau gaya hidup mubah seperti mengisi waktu dengan gim online, maka akan melalaikan. Mengalihkan perhatian generasi dari tugas mereka yang sesungguhnya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button