SUARA PEMBACA

Akibat Monopoli Perusahaan Integrator, Peternak Ayam Makin Tekor

Di tengah kenaikan berbagai harga barang, para peternak ayam kian kelimpungan. Bagaimana tidak, peternak UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) harus bersaing dengan Perusahaan besar atau Integrator saat harga jual ayam terbilang rendah.

Peternak UMKM harus menanggung kerugian saat harga ayam hidup di atas HPP (Harga Pokok Produksi). Sementara Perusahaan Integrator yang memonopoli bisnis ayam kian diuntungkan.

Dikutip dalam bbc.com (15/10/2022), Alvino Antonio (Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional) menceritakan kondisi sulit yang dialami para peternak mandiri. Yaitu peternak yang mengelola keuangan sendiri dan harus menjual hasil produksinya langsung ke pasar.

Peternak mandiri terus bergantung pada perusahaan Integrator dalam memenuhi sarana produksi ternak atau sapronak, yang terdiri dari bibit ayam, pakan dan obat-obatan. Mereka membeli bibit ayam dengan harga Rp6.000-Rp7.000, sementara dalam perhitunganya cukup Rp5.500 untuk memproduksi satu ekor anak ayam. Maka di sini yang untung adalah perusahaan integrator. Minimal 13% keuntungan yang didapatkan. Belum lagi keuntungan pakan dan lainnya.

Bagi peternak mandiri, perusahaan integrator bukan hanya menjadi pemasok. Tetapi juga pesaing dalam memasarkan produksi ayam di masyarakat. Sayangnya, lagi-lagi rakyat yang tekor. Akibat monopoli bisnis ayam oleh perusahaan integrator dari hulu sampai ke hilir dan telah “ mendikte harga”.

Sejak dikeluarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2009, perusahaan besar berhasil memonopoli pasar di Indonesia. Sebab, Perusahaan boleh berbudi daya. Mulai dari hak memelihara indukan, mendapat DOC (bibit ayam) yang dikelola sendiri, dan mendistribusian hasil produksi.

Alhasil, ayam tersebut akan membanjiri pasar. Mau tidak mau peternak mandiri harus bersaing harga di saat terjadi kelebihan pasokan (oversupply) dan kurangnya permintaan.

Ketua perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Jawa Tengah menyatakan, perusahaan integrator saat ini menguasai budi daya sekitar 80% dari total populasi ayam nasional. Hanya 20% bagi peternak ayam mandiri.

Meski Para peternak sudah turun kejalan, sayangnya aspirasi mereka belum juga di dengar. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nasrullah justru enggan berkomentar.

Faktanya monopoli akan menjatuhkan bisnis rakyat kecil. Namun dalam sistem kapitalisme, monopoli sah-sah saja dilakukan. Bahkan didukung oleh negara. Karena asas ekonomi dan politik tegak atas kekuasaan para pemilik modal.

Dampaknya ketimpangan ekonomi kian menganga, saat perusahaan raksasa menindas perusahaan kecil. Wajar saja jika Sri Mulyani menyebutkan kekayaan empat orang terkaya Indonesia sama dengan kekayaan 100 juta penduduk.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button