SYARIAH

Amalan Al Ahzab 59

Ku langkahkan kaki bersama sahabatku. Kami akan menuju majlis ta’lim muslimah untuk pertama kalinya. Sepanjang mengikuti kajian, aku begitu menikmati pemaparan yang dijelaskan oleh seorang ustadzah yang nampak usianya masih muda.

Baru kali ini mengikuti kajian yang didalamnya, disuguhkan pembahasan yang membuatku berfikir secara logis dengan dikaitkan antara fakta dan ayat-ayat Al-Quran.

Pembahasan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar, kebiasaan masyarakat, dan fakta-fakta yang terjadi didalam kehidupan pada umumnya. Aku berkeinginan untuk mengikuti pengajian berikutnya. Meskipun didalamnya tidak banyak humor dan candaan dari ustadzah saat penyampaian materinya, tapi materi dan pembahasannya yang membuatku penasaran.

Pertemuan-pertemuan dalam kajian berikutnya, menghiasi hari-hariku. Sampailah pada sebuah pertemuan yang mengupas lebih jelas dan detail pakaian muslimah yang digunakan untuk didalam dan keluar rumah. Ketika di dalam rumahpun ada yang harus diperhatikan apakah ada laki-laki mahram ataupun bukan mahram.

Allah berfirman dalam Surat Al Ahzab ayat 59 yang berbunyi: “Wahai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan mukminin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal dan tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dijelaskan bahwa jilbab adalah pakaian panjang yang menutupi seluruh tubuh. Tidak berpotongan, tidak transparan dan tidak membentuk tubuh.

Ternyata pengertian jilbab yang aku fahami selama ini salah. Aku berpikiran jilbab itu kerudung. Padahal kerudung itu telah tercantum dalam dalam Qur’an surat An Nur ayat 31 yang berbunyi: “Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali yang biasa nampak. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung hingga ke dadanya…”

Jilbab dan kerudung, adalah dua kata yang sangat jauh berbeda dilihat dari pengertiannya. Akupun tersadarkan, bahwa pakaian yang selama ini aku pakai adalah pakaian yang jauh dari kata islami. Padahal Aku ingin masuk surga, sedangkan perintah dalam pakainpun aku acuhkan. Mana mungkin Allah Sang Pengatur Kehidupan akan menyengsarakan makhlukNya. Allah pasti memberikan kebaikan dan manfaat dari setiap perintah dan larangan Nya.

Akupun sering melihat ustadz Felix Siauw dari Youtube dan membaca tulisan-tulisannya di sosmed. Ada satu kaliamat yang membuatku berfikir lebih dalam. “Jika Allah saja Sang Pencipta tidak diikuti perintah-Nya, bagaimana mungkin akan taat dan patuh terhadap suami, yang mungkin bisa memberimu makan senin kamis saja”.

Jleb…. benar juga ya analoginya berkaitan dengan pakaian dalam surat Al-Ahzab:59…

Wanita adalah perhiasan dunia. Sudah selayaknya dia dimuliakan dan diperlakukan dengan mulia juga. Sebagaimana hadist Rasulullah:”Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” ( H.R. Muslim).

Allah telah memerintahkan kepada setiap wanita untuk menutup auratnya dengan berjilbab dan berkerudung.

Bismillah..
Aku mengawali perubahanku dari pakaian, meskipun nanti banyak pertanyaan yang akan menghantuiku. Suami, keluarga, tetangga, dan anak-anak didikku. Karena mereka akan terheran dengan penampilanku yang berubah. Menggunakan jilbab dan kerudung panjang menutupi dada.

Awalnya suami heran dengan perubahanku tetapi akhirnya suamiku mengijinkan atas perubahanku. Aku bilang “Bantu aku berbakti kepadamu dengan taat menjalankan perintah Allah”.

Aku begitu mantap atas awal hijrahku, meskipun banyak halangan dan rintangan yang menyertai perubahanku.

Aku ingin berubah karena Allah secara keseluruhan dalam hidupku, aku ingin Allah ridho atas apa yang aku lakukan selama didunia. Tidak hanya menutup aurat secara benar saja.

Sebelum bertemu dengan sahabat-sahabat yang luar biasa, yang membimbingku atas kekeliruan dan kekhilafanku selama ini. Aku telah bertransaksi riba, oleh mereka aku diingatkan bahwa riba itu perkara yang Allah yelah haramkan.

Allah Swt berfirman: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)

Aku tertipu dengan banyaknya orang bertransaksi seperti itu. Tidak faham akadnya, mengikuti kebanyakan orang menghalalkan apapun yang membuat samar hukumnya. Betapa bodohnya aku,  fakir ilmu agama. “bisikku dalam hati”

Artikel Terkait

Back to top button