DAERAH

Anggota DPRD: 25 Persen Warga Jateng Alami Gangguan Jiwa Ringan

Semarang (SI Online) – Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Jasiman mengatakan, saat ini sekitar 25 persen dari populasi warga Jawa Tengah mengalami gangguan kejiwaan dalam skala ringan. Artinya, satu dari empat orang di Jawa Tengah memiliki problem kejiwaan ringan tersebut.

Sedangkan prevalensi warga Jawa Tengah yang saat ini mengalami gangguan kejiwaan dengan kategori berat rata-rata mencapai 1,7 per mil atau kurang lebih mencapai satu hingga dua per 1.000 penduduk.

“Fakta ini mengindikasikan problem kejiwaan yang dihadapi warga Jawa Tengah saat ini butuh penanganan yang lebih serius dari pemerintah daerah,” ungkap Jasiman di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (24/6/2022), seperti dilansir Republika.co.id.

Jasiman mengeklaim, Komisi E DPRD Jawa Tengah terus mendorong agar edukasi tentang kesehatan mental di tengah-tengah msyarakat harus terus diperkuat dan penting bagi pemerintah daerah untuk mengambil peran.

Ia pun mencontohkan presentasi yang disampaikan manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr Amino Gondohutomo Kota Semarang yang selama ini juga memberikan pelayanan kepada pasien nonjiwa.

Dalam presentasi tersebut dijelaskan, jika pelayanan kesehatan kepada pasien non jiwa saat ini trennya semakin menurun di RSJD dr Amino Gondohutomo. Baginya, tren menurunnya jumlah pasien nonjiwa tersebut bisa dilihat dari sisi positif, tetapi juga bisa sebaliknya (negatif).

Tren tersebut dapat diartikan positif apabila secara umum masyarakat sudah berhasil dalam menerapkan pola hidup yang sehat. “Namun tren tersebut juga dapat berkonotasi negatif, apabila penurunan tren pasien nonjiwa tersebut disebabkan oleh persoalan layanan kesehatan yang diberikan dianggap kurang memuaskan,” katanya.

Untuk itu, Anggota fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Jawa Tengah ini meminta Pemprov Jawa Tengah lebih fokus dan lebih intens dalam menggarap pelayanan kesehatan jiwa. Sehingga rumah sakit pelat merah milik Pemprov Jawa Tengah dapat dioptimalkan memberikan pelayanan kesehatan mental kepada warga/masyarakat yang saat ini banyak mengalami gangguan kejiwaan ringan.

“Dengan begitu, rumah sakit jiwa saya rasa dapat fokus pada peningkatan pelayanan kejiwaan. Membuat diversifikasi pelayanan serta melakukan komunikasi dengan stakeholder masyarakat,” katanya.

Dalam pelaksanaannya, pihak rumah sakit juga bisa bekerja sama, termasuk juga dengan lembaga-lembaga pendidikan dan pondok pesantren hingga menjadi sebuah kolaborasi yang menarik dalam mengoptimalkan pelayanan kesehatan mental tersebut. Di lain pihak, Jasiman juga menyarankan agar melakukan edukasi terkait kesehatan jiwa masyarakat di Jawa Tengah. Sebab, bisa saja terjadi masyarakat tidak punya pengetahuan bahwa ia sedang mengalami gangguan kejiwaan baik berat maupun ringan.

Untuk itu, pelayanan preventif promotif dalam mendorong kesehatan mental dan jiwa harus ditingkatkan di masyarakat.

“Sehingga ketika masyarakat menyadari dirinya rentan terhadap gejala kejiwaan akan akan mendorong mereka berkonsultasi ke rumah sakit jiwa,” kata dia.

red: a.syakira

Artikel Terkait

Back to top button