NASIONAL

Beda Sikap: Anies Minta Warga Tak Mudik, Jubir COVID-19 Malah Bolehkan

Jakarta (SI Online) – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kembali menyampaikan sejumlah imbauan sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19.

Salah satunya, Anies meminta masyarakat Jakarta untuk tidak kembali ke kampung halaman atau meninggalkan wilayah DKI Jakarta.

“Dari Pemprov DKI sudah menyampaikan imbauan jangan pulang kampung atau meninggalkan Jakarta demi kebaikan seluruh warga lainnya.”

“Jangan memikirkan diri sendiri,” kata Anies dalam konferensi persnya, dikutip dari channel YouTube tvOneNews, Kamis (26/3/2020).

Anies mengaku dalam waktu dekat akan bertemu dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

Pertemuan tersebut dalam rangka membahas payung hukum untuk memaksimalkan upaya pencegahan virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

“Saya akan membicarakan dengan gugus tugas, langkah hukum yang bisa dilakukan, bisa mengerjakan hal ini dengan dasar yang kuat,” imbuhnya.

Anies juga memberikan apresiasi kepada masyarakat yang tetap berada di rumah dalam upaya menekan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China ini. “Saya apresiasi masyarakat yang tetap di rumah,” tegas Anies.

Berbeda dengan Anies yang melarang warganya untuk mudik, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto malah membolehkan.

“Tidak apa-apa,” kata Yuri saat dikonfirmasi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Jakarta, Kamis 26 Maret 2020 seperti dilansir ANTARA.

Namun demikian, Yuri mengingatkan masyarakat yang pulang kampung agar tetap mempraktikkan protokol keselamatan atau metode yang benar sehingga tidak menulari atau tertular virus Corona.

Dia mengingatkan, mereka yang pulang kampung agar tetap dapat melakukan “physical distancing” atau jaga jarak fisik satu sama lain sehingga menekan risiko penularan COVID-19.

Yuri mengatakan orang sehat dapat menjadi pembawa virus SARS-CoV-2 ke kampung halamannya jika memang tidak menjalankan protokol keselamatan yang baik.

“Ya jangan ‘deket-deket’, ‘physical distance’ itu pondasi dasarnya. Kalau ‘kembangin’ rumah pondasinya itu (jaga jarak), terserah mau pakai tembok, pakai bata, pondasinya itu,” katanya merujuk perihal jaga jarak fisik.

Inti dari pondasi itu, kata dia, adalah menjaga mereka yang sehat tetap sehat tidak tertular.

“Jaga jarak pada setiap komunikasi jadi penting. ‘Droplet’ percikan ludah atau lendir saat bersin batuk bisa sejauh 1,5 meter menyebar. Jarak itu yang kita jaga. Kurang lebih itu kita pertahankan. Siapa pun mereka yang bawa virus ini tidak nampak sebagai orang sakit,” katanya.

Menurut dia, pondasi itu harus terus dijaga karena tidak ada jaminan untuk daerah yang tidak terjangkit virus SARS-CoV-2 tidak memiliki risiko penularan COVID-19.

“Fokus kita jaga jarak. Di sini muncul bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah dari rumah… Tidak semua orang memiliki kekebalan tubuh yang baik… Kalau yang tertular orang tua, saudara punya penyakit kronis mendahului, maka dampaknya sangat berat fatal,” kata dia.

Tidak lupa, Yuri mengingatkan masyarakat untuk terus mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) misalnya dengan membiasakan mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan atau melakukan kontak ke area muka.

red: asyakira/dbs

Artikel Terkait

Back to top button