SAKINAH

Cinta Keluarga, Cinta Terencana

Keluarga adalah organisasi pertama yang dimiliki oleh manusia. Ia menjadi sistem pertama yang akan membentuk pribadi. Dengan kata lain keluarga mempengaruhi karakter seseorang. Meski demikian, keluarga bukan satu-satunya yang mempengaruhi pribadi seseorang.

Berbicara soal keluarga, 29 Juni 2019 Indonesia kembali memperingati Hari Keluarga Nasional atau Harganas. Peringatan kali ini merupakan yang ke-26 kali sejak Harganas diselenggarakan pertama kali tahun 1993.

Puncak peringatan Harganas XXVI Tahun 2019 akan digelar secara nasional di kota Banjarbaru awal Juli 2019 mendatang. Adapun tema yang diangkat yaitu “Hari Keluarga, Hari Kita Semua”, dengan slogan “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”. Kalimantan Selatan menjadi lokasi puncak peringatan Harganas 2019 karena dinilai capaian program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di wilayah tersebut cukup baik.

Menanggapi slogan hari keluarga yang dikeluarkan, memang betul bahwa cinta keluarga adalah cinta terencana. Sebab kita mencintai keluarga, kita merencakan keluarga yang akan kita bentuk. Islam mengajarkan kita untuk membentuk keluarga berkualitas. Hal ini terlihat dari gambaran kualitas generasi muslim terdahulu. Terbentuknya Abbas Ibnu Firnas, Fatimah Alfihri, Muhammad Alfatih, atau bahkan Imam Syafi’I merupakan output dari perencanaan keluarga muslim.

Keluarga yang bercita-cita besar akan menghasilkan generasi berkualitas. Bukan sekedar cita-cita agar anaknya menjadi anak yang pintar, bisa kuliah di luar negeri, atau mendapat pekerjaan dengan gaji menjulang tinggi. Tapi cita-cita yang dipatrikan lebih dari itu, yakni menjadi generasi terbaik yang bisa memberikan kontribusi terbaik untuk umat Islam. Bukan hanya memberikan manfaat di masanya, melainkan juga bermanfaat di masa-masa selanjutnya – untuk keridhoan Rabbnya. Cita-cita ini tidak dimiliki oleh keluarga yang tidak memiliki visi. Hanya keluarga yang bervisi meraih keridhoan Ilahi yang memiliki visi tinggi.

Keluarga memang harus kita rencanakan. Perencanaan ini dilakukan bukan hanya dilakukan ketika kita sudah berkeluarga, tapi perencanaan dilakukan sejak kita berencana berkeluarga. Mulai dari merumuskan jenis keluarga yang akan dibentuk, hingga merumuskan siapa yang akan menemani kita meraih rumusan keluarga yang akan dibentuk itu. Jika kita telah merumuskan keluarga yang akan dibentuk, kita akan tahu pasangan seperti apa yang akan kita pilih. Membentuk keluarga bukan seperti kita kuliah yang durasinya sudah bisa kita pastikan tiga, empat, lima, atau enam tahun. Tapi membentuk keluarga durasinya tidak kita ketahui, sehingga kita perlu mempertimbangkan kehidupan rumahtangga dengan memilih pasangan yang satu visi.

Ibadah terlama, yakni berkeluarga, disadari hakikatnya oleh orangtua generasi muslim terdahulu. Sehingga meski harta tak berlimpah ruah, ia tetap akan mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang berpribadi pemimpin. Juga membubuhkan cita-cita yang tinggi pada diri anak, sehingga terwujudnya generasi berkualitas-generasi rabbani bukanlah mimpi. Karena keluarga muslim cinta keluarga, sehingga keluarganya terencana.[]

Annida K. Ummah, S.Pd

Artikel Terkait

Back to top button