FINANSIAL

Diskusi ‘Keuangan Syariah Membangun Negeri’, Ini Penjelasan Pendiri Sakinah Finance

Depok (SI Online) – Murniati Mukhlisin, selaku Pendiri dan Konsultan Sakinah Finance menyampaikan paparannya dalam webinar III Edukasi Keuangan Syariah yang diselenggarakan oleh OJK yang bertemakan “Keuangan Syariah Membangun Negeri”.

Webinar ini diselenggarakan secara hybrid, yang mana acara luring diselenggarakan di Gedung Dekanat FEB UI Kampus Widjojo Nitisastro. Jumlah peserta yang hadir adalah 1300 orang.

Turut hadir Teguh Hartanto, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Friderica Widyasari Dewi Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan.

Juga hadir Rahmatina Awalia Kasri selaku Dosen FEB UI Sekaligus juga Moderator, Arief Hartawan selaku Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Dwi Iriyanti Hadiningdyah selaku Direktur Pembiayaan Syariah, DJPPR (Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko), Kementerian Keuangan RI.

Pandangan dari para pembicara adalah potensi ekonomi dan keuangan syariah di masa yang akan datang, tantangan ekonomi dan keuangan syariah yang dihadapi saat ini serta strategi dan solusi yang harus diciptakan guna mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dalam misi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

Friderica Widyasari Dewi menyampaikan bahwasannya ekonomi dan keuangan syariah yang sangat potensial diiringi dengan pertumbuhan positif serta mendapatkan pengakuan secara internasional. Tak hanya itu, menurut Friderica posisi Indonesia di peringkat ke 7 dengan aset terbesar dan posisi ke-3 sebagai developed country with the highest Islamic finance.

Saat ini, dikatakan oleh Rahmatina Awalia Kasri selaku dosen FEB UI, pertumbuhan ekonomi syariah hampir menyentuh angka 20% yang merupakan bagian dari potensi Ekonomi Syariah di Indonesia.

“Terdapat tiga sektor strategis yang saat ini sedang dikembangkan oleh BI, yaitu food, fashion dan pariwisata melalui event-event serta pembangunan ekosistem halal” ujar Arief Hartawan.

Selain itu BI juga sedang mempersiapkan KEKSI (Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia) yang dapat mengukur kinerja dan prospek ekonomi syariah di Indonesia. Salah satunya adalah melalui pengukuran PDB Syariah, yang mana apabila di realisasikan bisa menjadi yang pertama di dunia.

Tak hanya dari sektor riil, upaya mendorong ekonomi dan keuangan syariah juga difokuskan pada instrumen investasi, salah satunya yaitu sukuk, yang mana menurut Dwi Irihayati Hadiningdyah “Sukuk di Indonesia menjadi trend setter dunia dilihat dari perolehan pencapaian sukuk-sukuk di Indonesia mulai dari penerbit green sukuk terbesar dunia secara global dengan nilai USD 120,36 milliar”

Tetapi permasalahan yang ada dalam penerbitan sukuk ini ialah belum hadirnya fintek syariah yang secara langsung memfasilitasi dalam pembayaran sukuk ini. Selain itu, tantangan yang dihadapi ekonomi dan keuangan syariah ialah mendorong lebih kesiapan bank syariah serta mengembangkan UMKM halal dari segi pembiayaan.

Dari segi literasi ekonomi dan keuangan syariah, menurut Murniati Mukhlisin indeks literasi keuangan yang masih sangat rendah di angka 9,1% (keuangan syariah) atau 23,3% (ekonomi dan keuangan syariah).

“Guna mengatasi masalah tersebut Tim Riset Sakinah Finance sedang mengevaluasi tentang literasi apa saja yang dapat membantu penyebaran literasi ekonomi dan keuangan syariah lebih baik lagi dan apa saja produk dan jasa keuangan syariah yang diperlukan ummat Islam dari usia 0 tahun hingga di atas usia pensiun” kata Murniati.

“Selain itu, produk dan jasa keuangan syariah khusus untuk penyandang disabilitas pun perlu dihadirkan secara para penyandang di Indonesia berjumlah 14% dari total penduduk Indonesia atau 32 juta orang menurut laporan SUSENAS tahun 2018 agar mereka juga dapat berpartisipasi di kancah ekonomi dan keuangan syariah.” jelasnya.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button