NASIONAL

Djarot tak Perlu Stres, Khofifah Saja Perlu Tiga Kali Pilkada untuk Jadi Gubernur

Jakarta (SI Online) – Calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat mengaku stres setelah hitung cepat (quick count) menunjukkan dirinya kalah dalam Pilgub Sumut. Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rabu (27/6), dari 99,14 persen suara yang masuk, paslon nomor dua Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus meraih suara sebesar 42,88 persen.

Pasangan yang diusung koalisi PDIP-PPP ini kalah dengan paslon nomor satu Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah yang unggul dengan suara 57,12 persen.

Pilgub Sumatera Utara pada 27 Juni 2018 ini merupakan kontestasi kedua yang diikuti Djarot. Sebelumnya, Djarot mengikuti Pilgub DKI Jakarta pada April 2017 lalu. Hanya saja, saat Pilgub Jakarta Djarot berada di posisi Calon Wakil Gubernur (Cawagub). Ia berpasangan dengan Ahok yang saat ini masih mendekam di Rutan Mako Brimob atas kasus penistaan agama.

Sebelum maju di Sumut, Djarot maju di Pilkada DKI Jakarta 2017 sebagai wakil Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok-Djarot kalah oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Lain Djarot lain Khofifah. Perempuan bernama lengkap Khofifah Indar Parawansa itu akhirnya berhasil menduduki kursi nomor satu Jawa Timur setelah ia tiga kali mengikuti Pilgub secara berturut-turut. Posisi Khofifah tetap sebagai Cagub. Dua kali ia dikalahkan Soekarwo.

Berpasangan dengan Bupati Trenggalek, Emil Listyanto Dardak, Khofifah memenangi Pilgub Jatim 2018. Ia mengungguli rivalnya Saifullah Yusuf-Puti Guntur dengan rata-rata perolehan 54 persen banding 46 persen.

Khofifah menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang mencetak rekor dalam kepesertaannya di pilkada dan satu-satunya menteri yang mengundurkan diri demi hak politiknya dipilih sebagai kepala daerah.

Tak sedikit publik yang bertanya apakah Khofifah tidak kapok ikut pilkada lagi? Setelah kalah dua kali pilkada sebelumnya. Bahkan, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar berusaha mencegah Khofifah untuk maju di Pilkada Jatim 2018 guna menjaga soliditas nahdliyin.

Maklum, Pilkada Jatim 2018 ini mempertemukan dua darah biru kader Nahdlatul Ulama (NU). Khofifah yang merupakan Ketua Umum Muslimat NU, bertanding melawan Gus Ipul, yang tak lain tokoh senior NU dan Ketua PBNU di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siradj.

Di media sosial, kekalahan kedua Djarot dalam dua kali pilkada berturut-turut menjadi ajang pem-bully-an. Setelah Jakarta dan Sumatera Utara kalah, kemana lagi Djarot akan ikut Pilgub?. Ada yang mendorong pada 2022 mendatang Djarot mencalonkan diri sebagai Cagub Papua Barat.

Pendiri AMI Foundation, Azzam M Izzulhaq misalnya, melalui akun twitternya mendukung agar Djarot maju dalam Pilgub Papua Barat.

“Kepada Mas Djarot tak perlu bersedih karena tak mencapai target di Sumatera Utara. Saya dukung dan dorong maju di Pemilihan Gubernur 2022 di Papua Barat,” cuit @AzzamIzzulhaq.

Cuma persoalannya, siapa yang mau memilih dan memenangkan politisi PDIP yang dalam Pilkada 2018 ini saja tumbang dan kalah dimana-mana?

red: Farah Abdillah

Artikel Terkait

Back to top button