SUARA PEMBACA

Fenomena Tujuh Janin Aborsi, Ada Apa dengan Generasi?

Penemuan tujuh janin hasil aborsi dalam kotak makan di salah satu kos-kosan kota Makassar menghebohkan publik. Dua sejoli telah ditetapkan sebagai tersangka. Berdasarkan keterangan polisi, NM (26) dan SM (30) sudah melakukan perzinaan tersebut sejak 2012. Wanita pemilik janin mengaku malu karena hamil di luar nikah. Mereka melakukan aborsi di lokasi yang berbeda.

Fakta di atas adalah bukti kuat bahwa kehidupan sekuler liberal telah menjerumuskan para pemuda ke pergaulan bebas tanpa batas. Bahkan, apa yang dilakukan NM dan SM tidak dapat dinalar dengan akal sehat. Di mana nuraninya tatkala berzina berkali-kali hingga hamil dan aborsi sebanyak tujuh kali.

Sekularisme Biang Keladi

Kasus aborsi tujuh janin ibarat fenomena gunung es. Yang tampak hanyalah sebagian kecil saja. Yang tidak terungkap bisa jadi jauh lebih banyak dan lebih keji. Setiap tahun, tak kurang dari 56 juta kasus aborsi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tingkat aborsi mencapai 228 per 100 ribu angka kelahiran hidup. (Hellosehat, 15/7/2021)

Di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Aborsi di Indonesia tidak diizinkan, kecuali untuk situasi kedaruratan medis yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, serta bagi korban perkosaan.

Masalahnya, regulasi ihwal aborsi tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab, aturan yang berlaku justru seolah melegalkan aborsi yang sejatinya muncul dari perilaku maksiat, yaitu perbuatan zina. Negara seakan-akan memberi pilihan bagi siapa saja yang memilih melakukan aborsi agar melakukannya secara legal. Padahal, titik masalahnya bukan di situ, tetapi sistem kehidupan sekulerlah biang keladi dari kerusakan masyarakat hari ini.

Sekularisme meminggirkan peran agama dalam kehidupan. Budaya liberal, hedonis, dan permisif masuk begitu mudah menjangkiti dan merusak akidah umat hingga memengaruhi perilaku para pemuda. Serangan sekularisme hampir merata di segala arah. Sekularisme menyerang sistem pendidikan dan sosial. Alhasil, output pendidikan hari ini gagal membentuk manusia berkepribadian Islam, bertakwa, dan salih. Dalam kehidupan sosial, para pemuda terjangkit virus pacaran dari tontonan hingga gaya hidup liberal.

Selama sekularisme menjangkiti jiwa dan iman generasi, akan selalu ada kasus kehamilan tak diinginkan, aborsi, perzinaan, perkosaan dengan bermacam rupa dan cara, bahkan bisa lebih keji dari perilaku hewan.

Selamatkan Generasi

Pernahkah kita membayangkan dampak terburuk bila generasi muda rusak dari segala sisi, yaitu imannya, akhlaknya, pemikirannya, dan fisiknya? Tak akan ada lagi masa depan bagi negeri ini jika generasi penerus lenyap ditelan arus liberalisasi dan sekularisasi. Sebelum itu terjadi, menyelamatkan generasi adalah agenda utama kita sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan bangsa. Bagaimana agar generasi terselamatkan dari kerusakan moral dan pemikiran sekuler?

Jauh sebelum sekularisme lahir, Islam telah memiliki konsep baku membina generasi agar menjadi SDM unggul, cerdas, dan bertakwa. Di antaranya:

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button