OPINI

Harusnya Petani Didorong Jadi Pengusaha Pangan, Bukan Pengusaha Kuasai Sektor Pangan

Hari ini kita kembali memperingati Hari Pangan Sedunia. Tahun ini, tema yang dipilih FAO adalah “Grow, Nourish, Sustain, Together”. Melalui tema ini, FAO ingin menyerukan solidaritas global membantu pemenuhan kebutuhan pangan, terutama untuk kelompok masyarakat paling rentan.

Pandemi Covid-19 ini memang telah membawa kita pada satu rantai krisis yang sangat serius, mulai dari krisis kesehatan, ekonomi, dan kemudian krisis pangan. Di tengah sejumlah isu politik dan ekonomi yang terus-menerus mendominasi perbincangan publik, isu pangan, yang merupakan penopang kehidupan manusia, sama sekali tak boleh diabaikan. Apalagi, di tengah-tengah ancaman virus Covid-19, kecukupan nutrisi adalah faktor yang sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Itu sebabnya, ketersediaan pangan untuk setiap orang haruslah terjamin sedemikian rupa.

Untuk mencukupi ketersediaan pangan dalam negeri, melalui sejumlah regulasi, pemerintah makin membuka akses sektor pertanian bagi korporasi. Dalam RUU omnibus law Cipta Kerja, misalnya, para pedagang dan importir diberi keleluasaan sangat besar.

Di atas kertas, sektor pertanian memang harus dikelola sebagai bisnis. Tetapi, ini yang harus dicatat, jangan sampai korporatisasi sektor pangan ini malah meninggalkan petani. Seharusnya petanilah yang didorong pemerintah untuk menjadi pebisnis pangan, atau menjadi entrepreneur di bidang pangan, bukan para pengusaha yang sudah punya usaha di bidang lain. Gula-gula bisnis pangan seharusnya dinikmati petani, dan bukannya justru membunuh petani.

Agar petani bisa menjadi pengusaha pangan, maka iklim usaha tani rakyat harus dikembangkan. Hilirisasi produk pertanian harus dilakukan di desa-desa secara masif, melalui pendirian berbagai industri pengolahan skala kecil dan menengah.

Jangan lupa, sektor pertanian bisa terus tumbuh di tengah-tengah resesi, karena memang produknya tak tergantikan. Namun, selama ini petani hanya jadi produsen bahan mentah saja, dan tak terhubung secara langsung kepada konsumen. Semua produk pertanian sampai ke konsumen melalui para pedagang yang bukan petani. Sehingga, nilai tambah yang dipetik petani selalu kecil.

Di tengah pandemi ini kita harus menyadari petani adalah pahlawan pangan yang sesungguhnya. Itu sebabnya sangat penting mendukung keberlanjutan usaha mereka, terutama mendorong agar petani bisa bertransformasi menjadi pengusaha di bidang pangan.

Bantuan-bantuan bagi para petani ke depannya tak bisa lagi hanya sekadar keperluan berproduksi, melainkan untuk keperluan usaha tani secara luas. Ini adalah pekerjaan rumah kita.

Dr. Fadli Zon, M.Sc.
Anggota DPR RI, Ketua Umum DPN HKTI

Artikel Terkait

Back to top button