SUARA PEMBACA

Hijrah Menuju Islam Kaffah

Waktu berlalu begitu cepatnya. Tahun berganti tanpa kita sadari. Tidak terasa sudah tahun baru lagi. Muharam sudah datang lagi. Tahun yang penuh sejarah. Tahun saat nabi hijrah dari Makkah ke Madinah dengan sahabatnya terpercaya.

Perjalanan yang sarat dengan pengorbanan dan banyak ibrah bagi kita. Bukan hanya kisah Gua Tsur yang termasyhur. Bukan juga sekadar berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Atau hanya sekedar menghindari kezaliman penguasa Quraisy. Seandainya hijrah Nabi hanya pindah tempat karena menghindari kezaliman kaum Quraisy, kenapa harus ke Yatsrib yang kemudian disebut Madinah. Kenapa tidak ke kota lain saja. Kota yang lebih aman dan dapat bebas beribadah. Habasyah misalnya, kota yang dipimpin oleh seorang raja yang adil nan bijaksana.

Rasul ke Madinah karena penduduknya telah menerima Islam sebagai agama dan aturan dalam hidupnya. Mereka yakin bahwa Islam adalah agama dan ideologi yang membawa keberkahan dan kemuliaan jika diterapkan dalam kehidupan. Dan apa yang mereka yakini akhirnya terbukti. Kota yang tadinya penuh konflik abadi akhirnya bisa disatukan dengan Islam. Menjadi kota yang berpengaruh dan diperhitungkan oleh musuh-musuh Islam dan negara-negara adidaya saat itu. Yang mana tadinya penduduk Mekkah menolaknya.

Memaknai peristiwa hijrahnya Rasul, sesunggunya ada ibrah yang sangat penting bagi umat Islam dari perjalanan tersebut, dan ibrahnya adalah bahwa Rasul ke Madinah untuk berhijrah menuju Islam kaffah. Hijrah yang membawa kebaikan tidak hanya bagi beliau saja, tapi membawa kebaikan bagi seluruh umat muslim yang ada. Hijrah dari sistem dan hukum jahiliyah kemudian menerapkan sistem Islamiyah. Sistem jahiliyah adalah sistem dan hukum selain hukum Allah (Syariat Islam) sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 50:

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Dari peristiwa hijrah tersebut, Rasul mendirikan sebuah negara yang disebut daulah Islam atau negara Islam di Madinah. Di sana beliau merubah cara hidup masyarakat dengan menerapkan Islam kaffah. Inilah era baru bagi perkembangan Islam.

Setelah Islam diterapkan, cahaya Islam tidak hanya menyinari Madinah. Tapi juga menyebar ke wilayah lain. Membebaskan manusia dari sistem kuffur jahiliyah yang diterapkan negeri tempat tinggalnya yang penuh kegelapan menuju cahaya dengan menerapkan Islam sebagai aturan di seluruh sendi kehidupan. Peradapan unik pun menjelma, menjadi negeri yang merdeka secara hakiki yang menghamba kepada Allah semata. Itulah hijrah yang sebenarnya.

Tapi negara Islam yang Nabi wariskan kepada kita, kini telah tiada. Dikerat-kerat oleh musuh Islam kurang lebih dari 50 negara sebagai negara jajahannya. Hingga Umat islam tak berdaya dan terhina. Menderita dimana-mana karena diterapkannya sistem jahiliyah buatan manusia. Sistem sekuler yang memisahkan aturan agama dalam kehidupan. Masa kegelapan pun menyapa, merusak tatanan yang ada. Anak tak lagi hormat kepada orang tuanya, pergaulan bebas merebak, kemaksiatan semakin banyak, korupsi menjadi hal biasa, sampai penguasa tak peduli kepada penderitaan rakyatnya.

Saat ini umat Islam keadaannya sama dengan masa Rasul sebelum beliau berhijrah. Umat terpuruk di segala bidang kehidupan. Maka umat harus bangkit memperbaiki keadaannya. Dengan berusaha mengembalikan kehidupan Islam. Berusaha mengembalikan agar sistem Islam diterapkan kembali.

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam”. [HR. Imam Ahmad]

Mari kita jadikan peristiwa hijrah ini sebagai spirit untuk berhijrah menuju Islam kaffah sebagaimana sang teladan kita (Rasulullah Saw) mencontohkannya. Spirit untuk mewujudkan negara Islam yang kedua. Yang dipimpin sang khalifah yang dicintai rakyatnya. Sehingga seluruh umat Islam bersatu kembali dalam naungannya, dan keberkahanpun datang dari langit dan bumi tercurah kembali.

Puji Rahayu, Anggota Komunitas Penulis Peduli Umat Kota Malang.

Artikel Terkait

Back to top button