SUARA PEMBACA

Intervensi Asing Diundang, Hegemoni Bertandang

Sepanjang tahun 2021 ini kita kerap disuguhi berita tak mengenakkan, jika bukan disebut memprihatinkan, yaitu banyaknya korban kematian akibat Covid-19, berikut kematian para tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat. Kemudian bersambung dengan berita full kuotanya rumah sakit, sehingga harus banyak pasien positif yang terpaksa isolasi mandiri di rumah, berikutnya banyak kematian justru dari mereka yang isolasi mandiri. Diperparah dengan langkanya obat-obatan dan tabung oksigen.

Lengkap sudahlah penderitaan rakyat Indonesia. Kemudian ditambah dengan berita sebanyak 330 orang pasukan Amerika Serikat tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatra Selatan pada 24 Juli 2021 lalu. Ironinya, kedatangan mereka di tengah-tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level empat. Pasukan asing itu datang  dalam rangka persiapan latihan bersama TNI Angkatan Darat. Latihan bersama itu diberi nama “Garuda Shield” ke-15 tahun 2021.

Berdasarkan informasi dari TNI AD, kedatangan 330 pasukan tersebut adalah bagian dari gelombang pertama sekitar 2.000 tentara yang akan tiba di Indonesia dengan lima pesawat yang berbeda. Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Tatang Subarna mengatakan, latihan bersama ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah kerja sama TNI AD dengan AD Negeri Paman Sam sekaligus menegaskan bahwa ratusan pasukan AS itu langsung mengikuti uji tes swan oleh tim medis tanah air.

“Tujuan latihan bersama ini adalah untuk meningkatkan kerja sama dan kemampuan prajurit TNI AD dan AD Amerika Serikat dalam pelaksanaan tugas operasi,” kata Tatang yang ikut menjemput di bandara pada Minggu, 25 Juli 2021 lalu (idntimes, 26/7/2021).

Sementara, Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Andika Perkasa mengaku sangat menantikan latihan bersama Garuda Shield itu. Ia mengatakan, latihan bersama angkatan bersenjata kedua negara memang berasal dari idenya. Ia ingin persahabatan kedua lembaga militer itu semakin erat. 

“Saya ingin melakukan yang lebih baik di tahun ini dibanding tahun sebelumnya, dan hubungan kerja sama kita menjadi lebih baik dari yang pernah ada,” ujar Andika dikutip ANTARA, Senin (26/7/2021).

Miris, latihan perang bersama dengan negara yang selama ini memusuhi kaum Muslim bahkan tega membunuh tanpa ampun sebagai peningkatan persahabatan? Terbuat dari apakah hati nurani pimpinan militer kita?

Terlebih lagi dikatakan tujuan dari latihan bersama ini diklaim untuk meningkatkan kerja sama dan kemampuan prajurit TNI AD dengan AD Amerika Serikat dalam pelaksanaan tugas operasi. Bahkan, latihan ini disebut menjadi latihan terbesar dalam sejarah kerja sama antara TNI AD dengan tentara AS. Latihan ini akan diikuti oleh 2.246 personel TNI AD dan 2.282 personel tentara AD AS dengan materi latihan Staff Exercise, Field Training Exercise, Live Fire Exercise, Medical Exercise, dan Aviation.

Namun sadarkah kita bahwa latihan bersama dengan  asing ini tak lebih dari pengakuan hegemogi asing atas kemandirian militer kita? Semua di mata asing kekuatan kita adalah kelemahan kita yang akan semakin menguatkan mereka , hingga kita semakin terjebak bak kelinci masuk lobang. Mudah diprediksi dan dihancurkan. Seringkali pula menjadi pintu intervensi asing untuk menangani problem dalam negeri.  Semestinya pemerintah terus mewaspadai tekanan dan intervensi asing dalam beragam aspek.

Terlebih di era pandemi, banyak kepentingan AS yang ingin didesakkan di berbagai negeri dengan kerangka program penanganan pandemi. Tentu kita masih ingat mengapa vaksin berbayar batal dirilis pemerintah, dengan alasan banyak yang menghujat dan himbauan WHO. Apa yang sebenarnya terjadi?

Yang sebelumnya biaya operasional vaksin tak berbayar ini sudah melibatkan perusahaan (BUMN dan swasta) lantas dibatalkan dengan alasan WHO mengedepankan prinsip pemerataan, apalagi virus varian baru membludak, sehingga WHO menilai vaksin berbayar tidak efektif. Maka melalui kerjasama internasional Covax Fasility, akan memberikan vaksin gratis kepada dunia, di bawah WHO sejumlah penyandang dana mampu memenuhi 20% kebutuhan vaksin gratis yang akan meringankan beban Indonesia (kompas.com,17/7/2021).

Inilah bukti nyata, untuk kesehatan negara sendiri kita tak bisa lepas dari pengawasan negara asing,  WHO tentu bukan berbicara atas namanya sendiri, namun ada negara adidaya kafir di belakangnya.  Bukti kesekian bahwa negara- negara barat terbukti mengeluarkan kebijakan pandemi yang egois.  Tidak peduli pada kebutuhan bangsa lain , yang penting untung dan rugi bisa didapat di tangan. Sementara banyaknya korban nyawa rakyat akibat  gagalnya mengatasi dampak pandemi tak terlalu dihiraukan.

1 2Laman berikutnya
Back to top button