NASIONAL

Isu Politik Identitas Dihembuskan Kalangan Sekuler

Jakarta (SI Online) – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Dr. Anwar Abbas mengritik upaya kalangan tertentu yang ingin memisahkan agama dengan politik.

Padahal agama dan politik tidak bisa dipisahkan, karena konstitusi negara diatur berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Saya sampaikan, kalau agama tidak boleh dibawa dalam kehidupan politik, tentu itu jelas melanggar konstitusi dan ajaran agama. Kalau agama dianggap momok, itu sengaja dihembuskan oleh orang-orang sekuler, termasuk soal politik identitas itu,” kata Buya Anwar Abbas dalam sebuah diskusi daring, Rabu (22/03/2023).

Buya Anwar menegaskan, selama ini justru orang-orang sekuler yang memanfaatkan agama untuk kepentingan politiknya.

“Mereka-mereka yang sebelumnya tidak pernah pakai baju koko dan tidak pernah pakai peci hitam, tetapi begitu mendekati tahun 2024 mereka mulai pakai baju koko dan juga pakai peci hitam. Mereka ini begitu sempurna memanfaatkan agama,” kata Ketua PP Muhammadiyah itu.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengaku sependapat dengan Buya Anwar Abbas, bahwa agama dengan politik tidak bisa dipisahkan.

Apalagi jika dilihat dalam konteks Indonesia, dimana agama adalah sumber ajaran dan sumber nilai, sehingga tidak bisa dibuatkan garis demarkasi antara agama dan politik

“Tetapi kalau saya mengikuti ceramah-ceramah Buya Abbas ini panas amat, gaspol, dan stamina sangat hebat. Saya setuju memisahkan agama dengan politik itu mustahil. Agama itu justru pemandu moral ketika berpolitik,” kata Abdul Mu’ti.

Di dalam Ramadhan, kata Abdul Mu’ti, adalah pentingnya spiritualitas refreshing dikedepankan. Sebab, spiritualitas refreshing di dalam Ramadhan ini tidak hanya mengajarkan menahan makan, minum dan nafsu kita saja, tetapi juga harus bisa menahan diri. []

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button