OPINI

Jelang Muktamar ke-48: Visi Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah

Gerakan Muhammadiyah sejak awal kelahirannya merupakan salah satu gerakan supremasi sipil yang progresif. Sebagai anak kandung dari perjumpaan Islam dan modernitas, Muhammadiyah berhasil melintasi satu abad pertamanya dengan berbagai bentuk capaian keberhasilan.

Dalam perjalanan millennium pertama tersebut Muhammadiyah bukan hanya berhasil membangun pendidikan, kesehatan, dan filantropi Islam, namun juga gemilang dalam melakukan reformasi kultural yang ramah terhadap budaya lokal, serta telah melakukan moderasi beragama, moderasi berbudaya, moderasi berekonomi, dan moderasi berpolitik, yang dari keseluruhan agenda tersebut  Muhammadiyah mampu ciptakan konsepsi masyarakat modernis religius dalam bingkai terwujudnya masyarakat madani.

Sebagai sebuah gerakan supremasi masyarakat sipil Islam, Muhammadiyah selanjutnya mencoba mengaksentuasikan nilai–nilai Islam ke dalam berbagai bentuk pemikiran yang aktual, visioner, dan penuh kebermanfaatan.

Satu di antara konsepsi yang digagas oleh gerakan ini ialah Islam berkemajuan. Pemikiran tentang Islam berkemajuan merupakan visi transformatif menuju khoirul ummah (umat terbaik).

Visi ini sebagai suatu bentuk manifestasi dari pengaktualan Islam rahmatan lil alamin yang kemudian diakselerasi oleh semangat perubahan menuju lebih baik melalui konsep fastabiqul khairaat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dan semangat Al Ma’un (semangat memangkas kesenjangan antara si kaya dan si miskin).

Tujuan visi ini jelas, agar mampu mengkapitalisasi kebaikan kedalam sebuah gerakan yang relevan, responsif, dan prospektif terhadap perubahan sosial dan teknologi menuju khoirul ummah (masyarakat madani).

Internasionalisasi Pemikiran Islam

Pasca Muktamar ke-47 di Makassar poada 2015 lalu, isu dan tekad melakukan internasionalisasi pemikiran Islam ala Muhammadiyah menjadi harapan dan kerja kolektif seluruh warga persyarikatan. Semangat mewujudkan pemikiran Islam berkemajuan agar dijadikan idealitas masyarakat dunia ini semakin gencar kala mendekati muktamar ke-48 yang dalam waktu dekat akan diselenggarakan di Surakarta dengan mengusung tema “Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta”.

Melalui etos dan spirit Islam kosmopolitan, sampai hari ini tercatat ada 24 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah tersebar di berbagai negara dengan latar belakang etnis, budaya, dan agama yang beragam.

Kehadiran Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri tersebut merupakan salah satu dari indikator bahwa internasionalisasi gerakan kosmopolitanisme Islam ala Muhammadiyah benar-benar digarap secara serius, belum lagi pada tahun 2021 lalu Muhammadiyah telah meresmikan berdirinya perguruan tinggi Indonesia pertama yang ada di luar negeri yang diberi nama Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM), dan juga masih di tahun 2021 Muhammadiyah meresmikan Muhammadiyah Australia College (MAC) sekolah pertama Muhammadiyah yang ada di luar negeri, tepatnya di Melbourne, Australia.

Langkah tersebut semakin mengokohkan bahwa organisasi Islam terbesar di Indonesia ini sedang melaju menuju internasionalisasi gerakan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button