OPINI

Jokowi “Vokal” karena Data Tidak Akurat

Debat Calon Presiden putaran Kedua yang berlangsung tadi malam sudah usai, yang tertinggal hanya setumpuk data-data yang tidak akurat yang telah disampaikam dihadapan public secara berani. Mungkin ini satu-satunya hoax yang memimpin hoax dalam sejarah Indonesia.

Dari sesi pertama debat, hingga sesi berikutnya, kita hanya menonton penyampaian data yang hiperbolis. Seakan-akan debat itu adalah forum untuk membuka bobroknya laporan data dari penyuplai data. Lalu berujung pada argumentasi kepemilikan lahan (serang individu).

Saya melihat keadaan ini, Kalau tidak menyampaikan “data bodong”, maka menyerang pribadi orang adalah jurus yang jitu. Kalau kedua hal itu tidak dilakukan, bisanya hanya plonga-plongo.

Jutaan kepala “terhipnotis” dengan argumentasi data-data yang disampaikan oleh Jokowi. Tidak ada yang terlewatkan, “ratusan Prestasi bodong” itu diupayakan sebagai legitimasi untuk memenangkan debat, tapi dalam zaman tekhnologi informasi, segala data akan tersimpan abadi diportal-portal media online, dan dalam sekejap, apa yang disampaikan oleh Jokowi terferivikasi.

Tapi sayang, bukan kebenaran data yang terferivikasi, melainkan ribuan argumentasi untuk menggambarkan data tidak akurat yang pantas disebut sebagai data hoax. Gambaran Jokowi tentang import jagung memang agak menarik. Karena apa yang “dilaporkan” Jokowi adalah data yang telah dirubah dan dimanipulasi.

Upaya Pemerintah Jokowi dalam melakukan swasembada Jagung telah berjalan dengan sangat baik, setelah gunung-gunung dibabat untuk membuka lahan baru. Upaya untuk menghidupkan lahan tidur positif adanya, tetapi menjadi masalah lahan itu merusak gunung dan membabat hutan. Sehingga dibeberapa daerah menimbulkan banjir yang tak berkesudahan akibat itu.

Cara merusak hutan dan membabat gunung itu efektif untuk mengurangi import. Tetapi meskipun sudah terjadi kerusakan hutan import tetap menjadi bagian dalam persoalan jagung ini. Data menunjukkan Total impor jagung tahun 2018 sebesar 737.228 Ton.

Untuk menutupi import jagung yang masih tinggi itu, Jokowi harus menambal dengan argumentasi yang tidak memiliki akurasi dengan data riil di lapangan. Dengan sangat berani jokowi mengatakan Import jagung tahun 2018 hanya 180 ton. Semua orang mendengarkan itu merasa tercengang, karena seorang Calon Presiden akan terlihat nekat berbicara data yang dilebihkan ditengah setumpukkan fakta dan data yang tersimpan.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button