NASIONAL

Ke Saudi Arabia, BNPT Belajar Cara Sadarkan Teroris

Jakarta (SI Online) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI mengunjungi pusat deradikalisasi Arab Saudi di Kota Riyadh. Kunjungan BNPT untuk mempelajari bagaimana negara tersebut menyadarkan para teroris.

“BNPT mempelajari cara Arab Saudi menyadarkan pemahaman radikal para teroris,” kata Kepala BNPT Komjen Pol. Boy Rafli Amar dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/01) seperti dilansir ANTARA.

Pusat deradikalisasi Arab Saudi itu ialah The Mohammed Bin Nayef Counseling and Care Center (MNCC) dan Lembaga Pemasyarakatan Al-Hair di Kota Riyadh.

Boy Rafli Amar mengatakan kunjungan ke pusat deradikalisasi Arab Saudi itu penting untuk perbaikan program deradikalisasi di Indonesia.

Di Tanah Air, BNPT mengembangkan sejumlah program deradikalisasi, salah satunya Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) yang bersinergi dengan semua kalangan.

KTN berbasis kesejahteraan tersebut melatih para eks narapidana teroris untuk memiliki keterampilan ekonomi dan sosial sehingga bisa berbaur dengan masyarakat luas.

“Kami koreksi dimana letak kekurangan kerja sama di antara stakeholder dan mengevaluasinya,” kata Boy.

Sementara itu, di Arab Saudi sendiri, MNCC merupakan pusat deradikalisasi yang berfokus pada rehabilitasi dan reintegrasi bagi kelompok ekstremis.

Cara kerjanya ialah dengan menggunakan metodologi ilmiah khusus berdasarkan konstitusi Kerajaan Arab Saudi. Program yang dilaksanakan antara lain pendidikan, art therapy, rekreasi, konseling psikologi, dan konseling agama.

Setelah mengunjungi pusat deradikalisasi Arab Saudi, Boy mengatakan BNPT akan terus melakukan evaluasi dan penguatan program deradikalisasi. Terlebih lagi adanya kejadian bom Astanaanyar, Bandung, pada 7 Desember 2022 lalu dilakukan oleh mantan narapidana terorisme. Sehingga, pemetaan program deradikalisasi terus dikembangkan.

Mantan kapolda Papua itu menjelaskan program deradikalisasi ditujukan bagi para narapidana terorisme dengan harapan mereka dapat keluar dari pemahaman agama yang tidak toleran dan bisa kembali ke masyarakat. []

sumber: ANTARA

Artikel Terkait

Back to top button