NASIONAL

Kemenag Beri Al-Qur’an Award Tujuh Pengembang Mushaf di Indonesia

Jakarta (SI Online) – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) Badan Litbang dan Diklat Kemenag menganugerahkan “Al-Qur’an Award” kepada tokoh dan lembaga yang dinilai berjasa dalam mengabdi dan mengembangkan Mushaf Al-Qur’an.

“Al-Qur’an Award adalah wujud apresiasi kita kepada semua pihak yang telah berjasa mengembangkan dan mengabdi kepada Al-Qur’an,” ungkap Kepala LPMQ, Muchlis M Hanafi, dalam rangkaian acara launching produk hasil kajian LPMQ, di Bayt Al-Qur’an, TMII, Jakarta, Senin (14/10/2019).

Muchlis menambahkan, mereka yang dipilih untuk menerima penghargaan ini adalah pihak-pihak yang selama ini turut serta membantu LPMQ menjalankan tugas dan fungsinya dalam upaya menjaga, mengembangkan dan membantu masyarakat dalam pemahaman dan aktualisasi kitab suci Al-Qur’an.

Al-Qur’an Award perdana dianugerahkan kepada tujuh lembaga dan individu. Berikut ketujuh lembaga dan individu yang dinilai berjasa dalam mengabdi dan mengembangkan Mushaf Al-Qur’an di Indonesia itu:

Pertama, Tim Pengkajian dan Penyempurnaan Terjemahan Al-Qur’an Kemenag.

Tim ini berjumlah 14 orang, terdiri dari 10 pakar dalam bidang ulum Al-Qur’an, Tafsir, Bahasa Arab, Peneliti Terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai Bahasa dan empat orang pakar bahasa Indonesia.

Mereka bertugas selama 3,5 tahun, sejak 2016 hingga pertengahan 2019. Setiap bulan mereka bersidang, mengkaji, menelaah ulang, mendiskusikan dan merumuskan setiap makna kata dari Al-Qur’an. Hingga berhasil menghadirkan Terjemahan Al-Qur’an edisi penyempurnaan tahun 2019.

Kedua, Badan Pengembagan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Lembaga negara ini terlibat secara aktif mendampingi tim pengkajian dan penyempurnaan terjemahan Al-Qur’an Kemenag dengan mengirimkan empat orang pakar bahasa Indonesia. Tugas empat orang ini adalah menyelaraskan susunan kalimat dalam terjemahan Al-Qur’an yang telah dirumuskan dan disepakati oleh tim pakar kajian terjemahan Al-Qur’an agar sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kontribusi mereka sangat bernilai mengingat adanya perbedaan besar dalam susunan kalimat bahasa sumber (Arab/Al-Qur’an) dengan bahasa sasaran (Bahasa Indonesia).

Ketiga, Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ).

Lembaga pengkajian Al-Qur’an yang didirikan oleh Prof. Dr. Quraish Sihab, MA ini menjadi inisiator penulisan kembali master Mushaf Standar Indonesia (MSI). PSQ secara kelembagaan didukung penuh oleh LPMQ secara teknis dalam proses penulisan dan pentashihan master mushaf tersebut.

Kontribusi PSQ dinilai berharga karena setelah master mushaf Ini selesai ditulis, dihibahkan kepada negara untuk dimanfaatkan masyarakat luas. Dengan adanya master mushaf Al-Qur’an yang baru, umat Islam Indonesia memiliki tambahan alternatif pilihan master mushaf Al-Quran yang siap dicetak, diterbitkan dan diedarkan.

Keempat, H. Isep Misbah. Kaligrafer yang ditunjuk sebagai penulis tunggal master Mushaf Standar Indonesia (MSI) terbaru.

Beliau menulis MSI 30 juz selama 4,5 tahun. Dimulai pada tahun 2015 dan selesai pada pertengahan tahun 2019. Hasil goresan pena Isep juga telah diformat menjadi font Arab yang dikerjakan oleh tim IT LPMQ. Font ini menjadi satu-satunya font Arab yang paling memungkinkan untuk menulis Al-Qur’an dengan penandaan khas Mushaf Standar Indonesia.

Kelima, Mohamad Taufiq. Pengembang aplikasi Qur’an In Word.

Aplikasi ini banyak digunakan oleh para mahasiswa muslim dan kalangan akademisi untuk mengutip Al-Qur’an dan terjemahannya secara mudah. Taufiq telah menghibahkan aplikasi tersebut kepada LPMQ agar masyarakat muslim Indonesia dapat mengutip ayat Al-Qur’an sesuai dengan Mushaf Standar Indonesia. Hibah aplikasi ini kemudian diberi nama “Qur’an Kemenag in Ms. Word (QKIW)”. Teks ayat Al-Qur’an dalam QKIW berasal dari tulisan tangan H. Isep Misbah yang didigitalkan IT LPMQ dalam bentuk font. Aplikasi QKIW dapat diunduh di https://lajnah.kemenag.go.id/unduhan

Keenam, Muhammad Zamroni Ahbab. Pegawai LPMQ di bidang pentashihan sekaligus anggota tim IT.

Zamroni telah berhasil mengembangkan font Al-Qur’an dari tulis tangan menjadi font arab sesuai standard unicode yang dilengkapi dengan tanda baca sesuai dengan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia. Buah ide dan garapannya mengonversi tulisan tangan H. Isep Misbah menjadi sebuah font telah banyak dinikmati masyarakat dalam berbagai aplikasi Al-Qur’an baik dalam bentuk digital, website, maupun aplikasi office (microsoft word).

Ketujuh, Erwin Dian Rosyidi. Kolektor sekaligus pelestari manuskrip-manuskrip kuno Indonesia, khususnya manuskrip Al-Qur’an.

Manuskrip adalah naskah tulisan tangan yang usianya lebih dari 50 tahun. Manuskrip juga sering disebut sebagai naskah kuno dan menjadi kajian dalam ilmu filologi. Manuskrip memiliki nilai yang tinggi karena berisi informasi dari para leluhur. Sehingga menjadi barang buruan para kolektor dan negara-negara tetangga dengan tawaran nilai harga yang tinggi. Saat ini manuskrip banyak tersimpan di museum-museum dan di tangan pribadi-pribadi.

Erwin menghibahkan sembilan manuskrip (enam manuskrip Al-Quran dan tiga manusrkip pesantren, berisi ajaran tasawuf) yang telah dibelinya dari pemilik awal kepada negara untuk disimpan dan dipamerkan di Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

red: shodiq ramadhan

Artikel Terkait

Back to top button