RESONANSI

Kiai Aceng Zakaria, Guru Bangsa itu Telah Berpulang

Jelang Muktamar Persis ke-16 saya termasuk yang berharap Kiai Aceng Zakaria tidak mencalonkan diri kembali sebagai ketua umum. Pertimbangannya sederhana, beliau (selanjutnya) lebih tepat menempatkan diri sebagai Guru Umat Persis dan juga Guru Bangsa.

Tidak banyak tokoh yang rela dengan rendah hati untuk tidak lagi berkompetisi di level pimpinan operasional dan berkenan menjadi Guru bagi semua. Di antara manusia yang langka itu di level nasional salah satunya BJ. Habibie. Beliau terhormat sampai akhir untuk tidak lagi ikut riuh dipercaturan politik praktis tanah air. Menjadi mata air keteladanan yang tak pernah habis.

Di wilayah keagamaan, saya berharap beliau meneladani atsar Habibie. Syukurlah, Allah takdirkan beliau sesuai harapan saya dengan keputusan beliau tidak mencalonkan diri pada Muktamar lalu. Saya anggap beliau husnul khatimah, terhormat dan memberikan teladan yang indah bagi generasi muda.

Setiap orang yang pernah berinteraksi dengan beliau pasti memiliki kenangan masing-masing. Sejak saya menjadi santri beliau di Ponpes Persis 99 Rancabango Garut mulai 1998 Kelas 2 Mualimin, saya sudah dapat menangkap beliau sebagai pembelajar dan guru sejati.

Belajar dan mengajar adalah darah dan nafas hidupnya. Lebihnya, beliau melanjutkan tradisi ulama khususnya ulama Persis, menulis karya ilmiah. Tak kurang dari 103 buku telah ditulisnya.

Semua kalangan dari berbagai aliran dan paham keagamaan di Indonesia mengambil manfaat dari karya-karya beliau. Artinya, keulamaan beliau diakui secara nasional. Bahkan internasional, tatkala kitab monumentalnya, Al Hidayah, mendapatkan apresiasi dari salah seorang Syekh Universitas Al Azhar Mesir.

Di zamannya saat ini, tidak ada satu pun ulama yang melampaui produktivitasnya melahirkan buku demi buku. Seolah menulis adalah sarapan pagi, makan siang dan makan malamnya.

Betapa membanjir jariyah beliau dari faedah yang berjuta orang mendapatkan dari buku-bukunya. Teladan ini saya kira harus menjadi standar bagi kader Persis khususnya dalam menempuh jalan dakwah melalui tulisan.

Selama puluhan tahun dengan tulisannya beliau mendidik dan mencerdaskan umat. Yakni umat Islam yang merupakan mayoritas pada penduduk negeri ini. Maka sejatinya beliau mendidik dan mencerdaskan bangsa. Tak keliru apabila beliau layak disebut sebagai Guru Bangsa.

Hal itu nampak dari apresiasi dan hormat terhadap beliau bukan hanya dari umat secara khusus dan kalangan agamawan tetapi juga pemerintah, politisi, budayawan, pengusaha, pendidik, semua elemen masyarakat yang berlapis, berduyun, berdesakan, beribu-ribu, tak putus-putus menghantarkan beliau ke peristirahatannya yang “terakhir”.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu …

Catatan Seorang Murid
Wildan Hasan

Artikel Terkait

Back to top button