SUARA PEMBACA

Kontestasi Elite Politik Saat Rakyat Tak Berkutik

Jika jabatan ataupun kekuasaan dianggap sebagai alat untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, maka tentunya untuk meraih itu semua mereka yang haus materi akan berupaya dengan cara apapun untuk mendapatkan jabatan ataupun kekuasaan tadi. Bahkan hal terburuk pun menjadi suatu yang wajar dalam meraihnya. Situasi ataupun kondisi apapun tidaklah menjadi pertimbangan asalkan tujuannya tercapai.

Pandemi belum juga usai, kondisi ekonomi rakyat juga belum pulih, dan kesehatan rakyat makin berat tapi disisi lain para elite politik sudah mulai menonjolkan diri dalam rangka pilpres mendatang. Hal ini menggambarkan bahwa kekuasaan lebih utama dari kondisi rakyat yang sesungguhnya memprihatinkan.

Baru-baru ini bendera dengan warna dasar merah menampilkan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani berkibar di Surabaya. Bendera berfoto kedua elite PDIP itu dipasang oleh DPD Laskar Ganjar Puan (LGP) Jawa Timur.

Bendara Ganjar-Puan yang berkibar itu berukuran 50 x 40 cm. Bendera merah itu banyak ditemukan di flyover Pasar Kembang hingga kawasan Jembatan Merah Plaza. (lihat: detik.com)

Di tempat lain sejumlah warga Blora, Jawa Tengah, yang tergabung dalam jaringan petani dan peternak mendukung Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin untuk menjadi calon presiden (capres) pada pemilihan umum 2024.

Dalam acara deklarasi tersebut, terpampang spanduk yang menyebutkan Gus Muhaimin Iskandar sebagai presiden harapan petani. Puluhan kaus bertuliskan Gus Muhaimin Presiden 2024 juga dibagi-bagikan kepada masyarakat. (lihat: Kompas.com)

Tak kalah pula dari kelompok pengemudi ojek online dan ojek pangkalan dari Tangerang Raya, Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, yang tergabung dalam Jack Etho mendeklarasikan dukungan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk maju menjadi calon presiden pada 2024.

Koordinator Jack Etho Adnan Mamluhadi mengatakan para pengemudi ojek online mendeklarasikan aspirasi secara terbuka meminta Erick Thohir untuk maju sebagai calon presiden pada pemilu presiden 2024. (lihat: wartaekonomi.co.id)

Fakta diatas bukan hal yang asing lagi dalam sistem kapitalisme saat ini. Sistem ini telah menggiring manusia meninggalkan sisi kepekaannya. Kebahagiaan yang tolak ukurnya materi telah menghilangkan kepekaan terhadap sesama. Yang lahir dari sistem ini adalah abdi-abdi kursi yang senantiasa akan melakukan segala cara demi meraih tujuannya.

Dalam sistem kapitalis, partai memang “harus” concern pada kekuasaan. Itu konsekuensi ideologis. Saat Pemilu mereka berlomba menjadi pemenang, baik sendiri maupun berkoalisi. Lalu ketika kalah menjaga oposisi, dengan harapan pada Pemilu berikut menjaga pemenang dan menjadi partai yang berkuasa. Lazimnya, untuk tujuan itu tidak ada cara yang diharamkan; semua boleh-money politics, konspirasi, dan sebagainya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button