NASIONAL

Loyalitas Pengusung ASYIK Bisa Runtuhkan Elektabilitas RINDU dan Deddy-Dedi

Bandung (SI Online) – Pasangan calon gubernur/wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 3, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu atau dikenal juga dengan sebutan ASYIK dinilai sebagai kuda hitam paling potensial yang siap menciptakan kejutan besar di arena Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018.

Pandangan itu disampaikan pengamat politik, Karim Suryadi (dosen UPI-BAndung) saat mereview langkah empat paslon gubernur/wagub Jabar jelang Pilgub 2018 yang tinggal sekitar satu bulan lagi.

Dilansir Intelijen (29/5), Karim memandang paslon nomor urut 1 yakni Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi) memiliki pengalaman birokrat dibandingkan paslon nomor urut 2, TB Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) serta paslon nomor urut 3, Sudrajat-Ahmad Syaikhu (ASYIK). Tapi bukan berarti RINDU dan Deddy-Dedi bakal sangat dominan di Pilgub Jabar 2018.

“Nomor 1 (RINDU) memberikan diferensiasi, RK (Ridwan Kamil) cukup baik setiap memaparkan program-programnya. Hanya saja diferensiasi mereka belum konsisten. Mereka punya pengalaman birokrat, selalu bicara soal keberhasilan menata Kota Bandung. Tapi persoalan di Jabar dengan Kota Bandung itu jelas jauh berbeda, sebab lebih kompleks. Nomor 4, juga punya pengalaman birokrat, tapi saya melihat entah kenapa mereka seolah tidak berani menggunakan pengalamannya selama kampanye. Entah karena takut ‘diserang’ kebijakannya (saat aktif jadi Wagub Jabar dan Bupati Purwakarta) atau apa, saya tidak tahu,” ungkap Karim.

Karim menilai, paslon Nomor 1 dan 4 ini unggul pengalaman, tapi membutuhkan ‘paku’ atau ‘peluru’ yang bisa menancap dalam pikiran masyarakat. Apa artinya menyampaikan program yang bagus, tapi tidak bisa menancap dalam pikiran masyarakat, itu sama saja artinya dengan menembakkan peluru hampa yang tak ada dampaknya.

“Sebagus apapun visi dan misi yang disampaikan, saya tak yakin semuanya akan diingat masyarakat. Sehingga dibutuhkan sesuatu yang bisa mengunggah pikiran maupun hati serta diingat masyarakat,” sambung Guru Besar FISIP Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut.

Lalu bagaimana dengan paslon nomor urut 2, Hasanah dan nomor urut 3, ASYIK? Dibandingkan Hasanah, Karim memandang, ASYIK lebih berpotensi menjadi ‘kuda hitam’ dan bukan tak mungkin meruntuhkan popularitas paslon RINDU dan Deddy-Dedi yang berdasarkan hasil riset sejumlah lembaga survei kerap mendominasi dalam urusan elektabilitas.

“Nomor 2 memang tak memiliki pengalaman birokrat, tapi mereka cukup fasih bicara masalah pertahanan dan keamanan karena pengalamannya Pak Anton di kepolisian, termasuk tentu pengalaman menjadi Kapolda Jabar. Nomor 2, juga sebenarnya menawarkan konsep yang menurut saya cukup menarik dengan molotot.com-nya (program pemberantasan korupsi secara online). Dari sisi nama mudah diingat karena nyunda, tapi sayang itu baru sekadar gagasan saja karena setelah saya cek ternyata seperti itu (tidak bisa diakses karena tidak ada alamat domainnya),” papar Karim.

Yang menarik perhatian Karim adalah pergerakan paslon nomor urut 3, ASYIK yang justru mulai terlihat lebih aktif dan masif jelang masa-masa akhir kampanye. Terlepas dari pro dan kontra yang ditimbulkannya, aksi ASYIK membentangkan kaos ‘2018 ASYIK MENANG, 2019 GANTI PRESIDEN’ di panggung debat publik kedua di Kampus UI, Kota Depok, setidaknya membuat masyarakat mulai lebih menaruh perhatian kepada paslon yang diusung oleh Partai Gerindra, PKS dan PAN tersebut.

“Nomor 3 saya lihat jadi kuda hitam paling potensial yang bisa mengejutkan di Pilgub Jabar 2018. Mereka cukup menawarkan program digitalisasi Jabar dan enterpreuner-nya. Secara figur juga lumayan menarik, Pak Sudrajat cukup paham dengan isu-isu strategis terkait masalah keamanan dan pertahanan karena pengalamannya di di TNI. Sementara pendampingnya (Ahmad Syaikhu) punya pengalaman birokrat (sebagai Wail Wali Kota Bekasi),” kata Karim.

Menurut dia, paslon nomor 3, memiliki kemampuan sebagai konseptor. Mesin politiknya sangat solid dan kader-kadernya pun memiliki loyalitas yang sangat tinggi, terutama PKS (berpengalaman memenangkan Pilgub Jabar 2008 dan 2013), mereka bisanya sangat aktif dalam bergerak.

“Bisa dikatakan selalu bergerak dimana-mana dan kemana-mana, itu akan jadi senjata nomor 3 untuk menciptakan kejutan besar di Pilgub Jabar,” tegas Karim.

Sumber: Intelijen

Back to top button