INTERNASIONAL

Masjid Agung Al-Umari di al-Quds, Masjid Tanpa Shalat

Al-Quds (SI Online) – Otoritas pendudukan Zionis merampas spirit dan jiwa dari semua yang bernama Palestina, bukan hanya dengan aksi-aksi pembunuhan dan pengusiran, tetapi tempat ibadah juga tidak luput dari kejahatannya. Khususnya masjid-masjid di Kota Tua Al-Quds. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menghancurkan kekuatan yang bersumber dari Tuhan dan melakukan yahudisasi kota suci tersebut.

Di Kota Tua al-Quds ada 43 masjid. Dengan berbagai cara penjajah Zionis memerangi masjid-masjid tersebut. Bahkan hari ini hanya menjadi angka terbesar tempat ibadah. Dan Masjid Agung al-Umari, di lorong asy-Syaraf, adalah salah satu situs Islam yang paling menonjol di kota tersebut, tetapi masih tertutup untuk jamaah.

Menurut pemandu wisata Robin Abu Shamsieh, masjid Agung al-Umari berada di “Lorong Yahudi”, di sisi selatan Lorong Asy-Syaraf, yang mengarah ke lorong Al-Magharibah dari sisi barat.

Dilansir Pusat Informasi Palestina, Abu Shamsieh menambahkan bahwa masjid ini dikelilingi oleh dua sinagog. “Satu dari utara, yang dibangun pada abad ke-19 oleh Yahudi Ashkenazim, dan yang lainnya adalah sinagog al-Kharab yang dibuka pada 16 April 2010, bejarak sekitar 50 meter di sebelah timur masjid. Di sebelah baratnya terdapat dua lembaga agama untuk orang Yahudi dan sebuah kantor polisi. Keduanya terpisahkan dari masjid oleh jalan umum dan beberapa toko,” terangnya.

Patut disebutkan bahwa Masjid Al-Umari ini didirikan di atas tanah yang diwakafkan oleh seorang Muslim sebelum pertengahan abad ke-8 H / abad ke-15 M. Namun lahan tersebut dikelilingi oleh properti-properti yang dikuasai (dirampas) oleh orang Yahudi setelah pendudukan dan perang tahun 1967, sehingga membuat tempat ini menjadi lokasi yang sensitif.

Sejarah masjid

Adapun sejarah pembangunan masjid Al-Umari, Abu Shamsieh mengatakan, “Nampaknya pembangunan masjid tidak lama dari waktu diwakafkannya tanah tersebut. Dia mengutip sejarawan al-Quds, Mujiruddin Hambali, yang menyebutkan bahwa bangunan menara masjid yang berada di sisi kiblat direnovasi setelah 800 tahun, sebagaimana disebutkan fakta seputar salah satu gedung yang berdekatan dengan masjid dan diperkirakan dibangun pada tahun (878 H / 1473 M). Hal ini yang mendorong beberapa pihak menguatkan bahwa pembangunan masjid ini terjadi sebelum periode tersebut.”

Beberapa bukti yang sah menunjukkan masjid ini terus difungsikan menyampaikan risalah sepanjang era Ottoman, yang mengharuskan penunjukan staf dan imam dari waktu ke waktu. Di antaranya adalah Syaikh “Abu Saud” dan putranya Haji Ahmed. Sementara wakafnya mencakup 6 toko yang berdekatan dengan masjid sebuah rumah di al-Quds, yang terdiri dari dua kamar, dan sebuah kebun bernama “Hakoura al-Qasarah” di lorong Amernia.

Dinas Wakaf di al-Quds memberi perhatian khusus pada masjid ini. Sengaja menyediakan kebutuhan untuk rekonstruksi dan perawatan yang diperlukan. Dinding masjid dibangun dan menara diganti, selain dibangun tembok luar dan dalam dengan batu.

Penggalian yang dilkukan oleh Perusahaan Pengembangan Kampung Yahudi, menjangkau sekitar masjid sejak tahun 1972. Karena itu, di dalam masjid ini hanya didirikan shalat dzuhur dan ashar saja, tanpa adzan. Namun yang sering, di masjid ini tertutup tanpa ada shalat.

sumber: infopalestina

Artikel Terkait

Back to top button