NUIM HIDAYAT

Menyimak Perjuangan Rasulullah

Kehidupan Rasulullah Saw adalah kehidupan dakwah dan jihad (perjuangan). Tidak pernah dalam seharipun Rasulullah melepaskan kewajiban keduanya. Hingga beliau menjadi teladan umat manusia karena perjuangannya.

Bayangkan Rasulullah memperjuangkan Islam –hingga kini sampai ke tanah air—dari jazirah Arab sendirian. Beliau memulainya dengan tafakur di Gua Hira’. Hingga kemudian turun wahyu al Alaq kepada beliau. Wahyu yang sangat berat ini saat itu membuat Rasulullah tubuhnya menggigil. Dan kemudian beliau pulang ke rumah diselimuti istrinya Khadijah dan diyakinkan bahwa selama ini Rasulullah senantiasa berbuat baik kepada masyarakatnya.

Wahyu yang pertama turun kepada Rasul ini adalah dahsyat. Berbicara tentang asal mula kejadian manusia dan perintah kepada manusia untuk membaca. Manusia digedor akalnya agar berfikir dari mana ia asalnya. Manusia digebrak hatinya agar mau membaca. Membaca fenomena alam, fenomena masyarakat dan fenomena dirinya sendiri.

Tuhan, Allah SWT juga mendidik manusia agar mau menulis. ‘Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Maha Mulia yang mengajar manusia dengan pena’. Ayat ini ayat yang dahsyat bila kita mau renungkan. Bagaimana masyarakat Arab saat itu yang sedikit budaya tulisnya, akhirnya bisa diubah Nabi Saw menjadi masyarakat yang berbudaya tulis.

Para sahabat saat itu ‘berlomba-lomba’ menulis wahyu Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah. Mereka juga menulis Hadits, ucapan Nabi yang bukan Al-Qur’an.

Masa sahabat adalah masa yang istimewa dalam peradaban Islam. Ulama besar Sayid Qutb menyatakan, belum pernah terjadi dalam sejarah manusia orang-orang hebat berkumpul dalam satu tempat dan satu waktu. Orang-orang hebat itu semua adalah hasil didikan Rasulullah Saw. Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali adalah kader-kader hebat hasil didikan Rasulullah.

Yang menarik, melihat fenomena ini Sayid Qutb lalu bertanya, apakah mungkin dilahirkan generasi seperti mereka? Sebagian orang, kata Qutb, menafikannya. Tidak mungkin, kata mereka. Karena mereka dididik langsung Rasulullah. Qutb balik bertanya, kalau tidak mungkin, maka Islam tidak universal dong. Islam hebat hanya untuk waktu itu saja.

Penulis Tafsir Fi Zhilalil Qur’an ini kemudian menjelaskan bahwa generasi hebat para sahabat bisa dilahirkan kembali dengan satu syarat? Syaratnya mereka harus memperlakukan Al-Qur’an sebagai komandan. Al-Qur’an bukan hanya ditelaah atau dijadikan diskusi ilmiah belaka. Al-Qur’an harus dijadikan pedoman hidup dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dihadapan Al-Qur’an seorang Muslim harus bersikap seperti prajurit di depan komandannya. Ia harus siap melaksanakan apapun perintah Al-Qur’an kepada dirinya.

Dengan sentuhan Al-Qur’an inilah akhirnya para sahabat menjadi generasi yang mulia dalam sejarah Islam. Mereka merasakan bagaimana pengaruh hebat Al-Qur’an dalam diri mereka. Ada getaran-getaran tertentu bila mereka berdialog dengan Al-Qur’an. Mereka –sebagai orang yang mengerti bahasa Arab- merasakan benar Al-Qur’an bukan perkataan manusia, bukan perkataan Nabi Muhammad. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Kisah yang terkenal adalah tentang bagaimana Sayidina Umar merasakan sentuhan Al-Qur’an yang hebat pada hatinya. Umar yang tadinya ingin membunuh Rasulullah saat itu, kemudian berbalik masuk Islam dan menjadi pendukung utama Rasulullah dalam menegakkan dan menyebarkan Islam ke masyarakat.

Al-Qur’an memang beda dengan buku biasa. Buku kalau kita membacanya dua kali atau sepuluh kali, mungkin sudah bosan. Tapi Al-Qur’an tidak. Al-Qur’an kita membacanya ratusan, ribuan atau jutaan, kita tidak akan bosan membaca atau menelaahnya. Selalu ada makna baru bila kita berdialog dengannya. Selalu ada getaran dan ilmu baru. Selalu ada sentuhan baru. Rasulullah menyatakan para ulama tidak akan kenyang ‘menelaahnya’.

Mengapa demikian? Karena Al-Qur’an adalah ‘Kitab Cinta’. Orang yang cinta pada sesuatu tentu ia tidak akan bosan melihat tulisan kekasihnya. Ia tidak akan bosan memandangi atau menelaahnya. Ia berusaha manghafal atau memahami makna-maknanya.

Seorang profesor, melihat Al-Qur’an seperti puzzle. Al-Qur’an tidak seperti buku biasa yang berurutan dalam membahas suatu tema. Al-Qur’an ‘meloncat dari suatu pembahasan, ke pembahasan lainnya’. Apa hikmahnya? Ya hikmahnya agar kita mau membuka seluruh Al-Qur’an. Kamus Al-Qur’an membantu kita menelaah secara tepat makna Al-Qur’an.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button