NUIM HIDAYAT

Milad

Hari ini alhamdulillah saya berulangtahun. Kabarnya hari ini juga HRS dibebaskan. Mungkin suatu kebetulan. Bila itu benar maka patut disyukuri.

Habib adalah salah satu tokoh Islam yg saya kagumi. Ceramah-ceramahnya sering saya dengar dengan seksama dan mengandung banyak hikmah. Meski ia menyampaikan dgn bahasa vulgar, tapi ceramahnya berisi. Ia mampu menggabungkan dalil dengan fakta.

Tentu setelah bebas nanti dunia politik akan ramai kembali. Kemana Habib menjatuhkan pilihan politiknya tentu akan menjadi makanan empuk bagi kaum sekuler untuk menyerangnya.

Kembali ke masalah ulang tahun, haul atau milad. Di kalangan NU, tiap tahun mereka mengadakan haul. Terutama untuk guru-guru mereka yg sudah meninggal. Di kalangan non NU, mereka menyebutnya milad. Beberapa waktu lalu Dewan Dakwah memperingati 114 tahun milad Mohammad Natsir.

Jadi kini masalah maulid atau milad sudah tidak jadi sumber khilafiyah lagi. Hanya kelompok kecil yg mempermasalahkan ini dan tidak mengerti perubahan zaman.

Apa yang kita peringati dari milad diri kita? Evaluasi. Mungkin kita sudah banyak menuliskan karya. Ribuan atau ratusan artikel kita tulis. Mungkin kita sudah banyak mendirikan sekolah dll. Tapi tentu saja masih ada kelemahan dalam diri kita.

Mungkin kita nulisnya bagus, ceramahnya kurang bagus. Atau sebaliknya, ceramah bagus, nulis kurang bagus. Kita mesti berusaha untuk membagikan keduanya. Seperti nasihat tokoh besar Tjokroaminoto: Bila anda ingin jadi orang besar, maka bicaralah seperti orator dan menulislah seperti wartawan.

Tentu, keduanya harus dilatih. Soekarno dulu melatih pidato sendirian di kamar menirukan gurunya Tjokroaminoto. Natsir melatih menulis di majalah Pembela Islam mengikuti anjuran gurunya Ahmad Hasan.

Yang terpenting dalam hidup adalah tidak sombong. Merasa bahwa ia sudah berperan banyak hal dan tidak ada yg menandinginya. Sekali kita terjatuh dalam kesombongan, maka sekali itu kita terjerembab dalam kebodohan.

Di atas langit ada langit. Di atas orang berilmu ada orang berilmu. Di atas Nabi Musa ada Nabi Khidir. Dan di atas segalanya ada Allah Yang Maha segalanya.

Karena itu Ali bin Abi Thalib pernah menasihatkan kepada gubernurnya agar tidak sombong dengan kekuasaan yang ia pegang. Begitu juga menasihatkan kepada para perwira agar selalu ingat bahwa di atasnya ada yang lebih Maha Kuasa.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button