RESONANSI

Milenial Melihat Peradaban Islam dan Modern

Pasca runtuhnya Dinasti Ottoman di Turki banyak sejarawan mengatakan bahwa peradaban Islam telah lebur.

Turki yang begitu gagah dan hebat, lebih dari tujuh abad menguasai peradaban dunia harus takluk oleh rongrongan-rongrongan kekuatan di bawah tanah. Tak terlihat tapi begitu nyata.

Sebelumnya, kita pula tahu politik Islam diberangus di mana-mana. Upaya-upaya menyudutkan dan men-stigma gerakan Islam agar padam atau mungkin mati vulgar terlihat di segala lini.

Pasca runtuhnya Ottoman, negara-negara Islam seperti tidak memiliki taji. Satu sama lain saling membebaskan, upaya persatuan dan tulus hanya menajadi kata yang belum juga membumi.

Pada akhirnya, setiap saya ketemu aktivis muda dan berdiskusi terkait kondisi umat terkini maka tak sedikit yang skeptis dan peradaban hanya miliki– direbut Barat.

Maka umat Islam pasca bergesernya kekuatan dunia terlena di dua kekuatan: terlalu bangga pada peradaban emas lantas lalai dengan kenyataan sekarang dan ingin menyongsong peradaban baru tapi ingin meninggalkan peradaban dengan sendi Islamnya.

Keduanya berbenturan sehingga memberi efek psikologis pada aktivis muda, mereka bingung melihat peradaban di saat yang sama ditekan untuk bangkit meneruskan estafet perjuangan Islam.

Ke mana arus yang akan mereka ikuti? Kekuatan yang mana dan dengan siapa mereka bermitra? Siapa musuh dan siapa teman sesungguhnya?

Untuk itu saya menawarkan dua asumsi yang mudah-mudahan bermanfaat. Kita berharap milenial Islam tidak kehilangan pijakan sehingga tidak latah terhadap peradaban.

Di segala zaman mereka tetap survive untuk menyongsong peradaban yang lebih baik, cerah, dan meneduhkan peradaban.

Pertama: Peradaban Islam Tidak Selalu Berpolitik

1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button