OASE

Pelanggeng Kezaliman

Kewajiban seorang muslim tak melulu terkait dengan aspek ibadah. Sebagai pribadi muslim yang utuh menjalankan hukum Allah, dirinya harus membangun tiga aspek hubungan dalam hidupnya. Yaitu hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dirinya sendiri.

Hubungan dengan Allah diwujudkan dalam aktivitas ibadah ritual untuk mendekatkan hamba dengan Al Khaliq. Misalnya tak menyekutukan Allah dalam niat dan amalan baik dalam menegakkan shalat fardhu, mengamalkan ibadah nafilah, berpuasa, berdzikir, dan ibadah lainnya. 

Adanya interaksi antarmanusia dan konsekuensi dari interaksinya meniscayakan kebutuhan aturan dalam hal tersebut. Dalam Islam aturan tersebut tertuang dalam sumber hukum syariah.  Sehingga dalam Islam mengatur muamalah (seperti jual-beli, sewa menyewa, pinjam-meminjam), uqubat (sistem sanksi), pernikahan, perwalian, warisan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dakwah, penegakan hukum dan sebagainya.

Adapun aspek hubungan ketiga, pengaturan urusan manusia dengan dirinya sendiri. Misalnya cara berpakaian, makan-minum dan akhlak. Pelaksanaannya tak memerlukan pihak lain, cukup manusia itu sendiri. Berbeda dengan aspek kedua yang membutuhkan adanya perangkat atau sistem.

Sebagai seorang muslim berkepribadian Islam yang utuh, wajib mewujudkan 3 hubungan ini berlandaskan dengan hukum Allah. Tak layak baginya membangun ketiga hal ini hanya berlandaskan logika semata, adat, kebiasaan, apalagi hawa nafsunya.

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا۟ فِىٓ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa ayat 65).

Tak Cukup Ibadah Ritual

Tak sedikit muslim menganggap dirinya cukup menjadi muslim baik, dengan fokus pada pengamalan aspek pertama dan tak begitu ambil pusing dengan aspek kedua dan ketiga. Ia memfokuskan diri pada ibadah mahdhah namun mengabaikan hak masyarakat di sekitarnya. Cukup pertebal keimanan ketika banyak maksiat dan kezaliman terjadi, namun tak berupaya menghilangkan kemaksiatan tersebut. Ia mengambil posisi aman agar tak terciprat dosa dan keburukan yang terjadi. Ia hanya mewujudkan hubungan dengan Allah dan mengabaikan hubungan dengan manusia lain di sekitarnya. Inilah muslim individualis dan eksklusif. Ia muslim yang baik tapi tak membawa kebaikan bagi orang lain.  

Rasulullah Saw berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib: “Wahai Ali, sebaik-baiknya manusia di sisi Allah Ta’ala, yaitu orang yang paling banyak bermanfaat bagi manusia, dan seburuk-buruknya manusia di sisi Allah yaitu orang yang panjang umurnya tapi buruk amalnya, dan sebaik-baik manusia yaitu orang yang panjang umurnya dan baik perbuatannya.” (Wasiyatul Mustofa).

Rasulullah Saw juga bersabda:

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button