OPINI

Perlawanan Massal Salam Dua Jari

Dari semula hanya aksi seru-seruan di kalangan generasi digital (Gen Y dan Z), menjadi gerakan massal. Aksi yang dipelopori oleh remaja dan emak-emak ini, telah diadopsi oleh masyarakat sebagai bentuk perlawanan damai, riang gembira, terhadap penguasa.

Kabar dari Ponorogo, Jawa Timur itu sungguh mengejutkan. Kunjungan Presiden Jokowi Jumat (4/1) disambut oleh aksi salam dua jari oleh sejumlah pelajar dan warga.

Mereka sengaja berjajar di sepanjang jalan menyambut kedatangan Jokowi, sambil mengacung-acungkan salam dua jari. Video dan foto-fotonya viral di medsos dan media non arus utama.

Sejauh ini, aksi di Ponorogo merupakan yang “terbesar” dalam fenomena salam dua jari bersama Jokowi. Fakta ini menyadarkan kita, telah terjadi metamorfosa yang sangat cepat, aksi pembangkangan rakyat (social disobedience) terhadap Jokowi.

Dari semula hanya berupa permainan (games) “Uji Nyali Salam Dua Jari bersama Jokowi,” menjadi “Gerakan Perlawanan Salam Dua Jari,” (social disobedience movement).

Dari semula hanya aksi seru-seruan di kalangan generasi digital (Gen Y dan Z), menjadi gerakan massal. Aksi yang dipelopori oleh remaja dan emak-emak ini, telah diadopsi oleh masyarakat sebagai bentuk perlawanan damai, riang gembira, terhadap penguasa.

Coba perhatikan faktanya. Hampir semua kegiatan Presiden Jokowi selalu dihantui oleh aksi ini. Mulai dari aksi mahasiswa di Medan yang jarinya terpaksa ditekuk oleh Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) awal Oktober 2018, sampai aksi “Salam Dua Jari” sejumlah pelajar NU di tangga Istana Merdeka.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button