SIRAH NABAWIYAH

Pesona Kekuatan Iman Sahabat Rasul Saw

Kaum Muslimin harus menghadapi pasukan musyrik Quraisy yang merupakan kerabat mereka sendiri dalam Perang Badar Kubra. Nampaklah gambaran mempesona yang menampakkan kekuatan iman dan kekokohan pijakan dari para sahabat.

Perang Badar Kubra adalah ujian pertama bagi kaum Muslimin di Madinah. Betapa tidak, dalam perang ini kaum Muhajirin harus berhadapan dengan kerabat mereka sendiri dari Makkah yang masih musyrik. Bapak berhadapan dengan anak, keponakan berhadapan dengan pamannya dan dua orang yang bersahabat di masa jahiliyah juga harus berhadapan. Akan tetapi pijakan masing-masing berbeda dan kedua belah pihak dipisah dengan pedang, yang satu harus menundukan yang lain dan kemarahan pun menjadi lebur.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw bersabda kepada para sahabat, “Sesungguhnya aku tahu ada beberapa orang dari Bani Hasyim, dan lain-lainnya yang diajak pergi paksa. Mereka tidak merasa perlu memerangi kita. Maka barangsiapa bertemu dengan seseorang Bani Hasyim, janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Abul Bakhtari bin Hisyam janganlah membunuhnya. Barangsiapa bertemu Al Abbas bin Al Muththalib, janganlah membunuhnya. Sesungguhnya dia diajak pergi dengan paksa”.

Abu Hudzaifah bin Utbah berkata, ”Apakah kami boleh membunuh bapak kami, anak, saudara, kerabat kami dan membiarkan Al Abbas? Demi Allah andaikata aku bertemu denganya, aku pasti akan membabatnya dengan pedang.”

Rasulullah Saw mendengar apa yang dikatakan Abu Hudzaifah ini. Lalu beliau bertanya kepada Umar bin Al-Khatahab, “Wahai Abu Hafsh, layakkah paman Rasul Allah dibabat dengan pedang?.”

Umar menjawab, “Wahai Rasululah berikan kesempatan kepadaku untuk membabat lehernya dengan pedang. Demi Allah, dia telah munafik.”

Abu Hudzaifah berkata,”Aku merasa tidak aman dengan kata-kata yang pernah kuucapkan pada saat itu. Aku senantiasa dihantui rasa takut kecuali jika aku bisa menebusnya dengan mati syahid.” Akhirnya Abu Hudzaifah benar-benar terbunuh seorang syahid pada perang Al-Yamamah.

Beliau melarang membunuh Abul Bakhtari, karena dulu dia adalah orang yang paling sering melindungi Rasulullah Saw selagi masih berada di Makkah. Dia juga tidak pernah mengganggu beliau atau menimpakan sesuatu yang membuat beliau tidak senang. Dia juga termasuk orang yang berinisiatif menggugurkan piagam pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib.

Sekalipun begitu Abul Bakhtiar tetap terbunuh. Hal ini terjadi karena Al-Mujadzdzar bin Ziyad al-Balwi bertemu dengannya di tengah pertempuran yang sedang bersama seorang rekanya. Mereka berdua sama-sama berperang. Al-Mujadzdzar berkata, “Wahai Abul Bakhtiar, sesungguhnya Rasulullah Saw telah melarang kami untuk membunuhmu.”

“Lalu bagaimana dengan temanku ini?” tanya Abul-Bakhtiar.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button