NUIM HIDAYAT

Prabowo dan Luhut Ingin Indonesia Meniru China

Mungkin sama-sama punya latar belakang militer, kedua mantan jenderal ini punya ‘pandangan sama’ mengenai China. Luhut Binsar Pandjaitan yang kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bukan hanya berkali-kali memuji China, tapi juga ia tokoh penting yang melobi China untuk investasi di Indonesia.

Karena banyaknya protes masyarakat tentang membanjirnya tenaga kerja China di Indonesia, wartawan pun tanya Luhut tentang China ini.

“Orang bilang saya dulu antek China. Dalam hati saya, nenek kau antek China. Emang lu bisa beli gue? Tapi saya hitungannya, mana yang bisa beri keuntungan pada Republik akan saya dekati dengan baik,” tutur Luhut. Ia mengaku selain mendekati China juga mendekati Amerika dan Uni Emirat Arab.

Prabowo Subianto juga hampir sama sikapnya seperti Luhut. Dalam wawancara terbaru dengan Deddy Corbuzier, Menteri Pertahanan RI ini tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap China.

“Yang dilakukan RRT harus kita akui sesuatu yang luar biasa. Dalam 40 tahun, kemiskinan hilang. Sejarang mana di dunia? Kenapa? Cepat, loyal, patuh. Ada yang bilang ‘Oh itu negara otoriter’. Tapi kemiskinan hilang. Pertumbuhan ada. RRT bangkit. China udah nyalip Amerika,” ujar calon presiden yang jadi menteri ini.

Bagaimana kita umat Islam melihat China? China memang hebat. Negara yang penduduknya 1,4 milyar ini sekarang nomor satu Produk Domestik Brutonya tahun 2019 yaitu sebesar 27.449 trilyun USD dan pendapatan per kapitanya 19.559 USD.  China juga memimpin dalam bidang sains dan teknologi. Industri-industri di China ekspornya ‘merajai’ dunia. Terkenal murah, meski kualitasnya kadang diragukan.

Mereka yang berkunjung ke China kebanyakan kagum dengan pembangunan material yang hebat di China. Begitu pula masalah sosial politiknya. Partai Komunis China, partai tunggal yang menguasai China berhasil mengendalikan dinamika penduduk dan menjadikan China stabil keamanannya. Karena itu tidak heran, PDIP mengirimkan beberapa kali kadernya ke China untuk belajar politik ke PKC.

Tapi ada satu hal yang membahayakan di balik kehebatan China ini. Yaitu ideologi. Ideologi Marxisme, ideologi ateis. Dalam pandangan China, tidak penting orang itu percaya Tuhan atau tidak, yang penting hidup makmur. Tidak penting ia ibadah atau tidak, yang penting bisa kerja. Kerja, Kerja, Kerja itulah yang didengungkan pemerintah China. Tokoh PKI Aidit juga pernah mengampanyekan hal yang sama semasa memimpin partai.

Komisi HAM PBB menyorot China dalam kasus Uighur atau Xinjiang. Di wilayah yang mayoritas penduduknya Islam ini, diduga kuat sekitar satu juta orang penduduk Xinjiang dipaksa untuk masuk kamp pelatihan/kerja dan dilarang menjalankan aktivitas beribadah. Banyak video beredar di internet tentang pengakuan penduduk Xinjiang terhadap perlakuan pemerintah China ini. Pihak otoritas Amerika Serikat menyebut kejadian di Xinjiang merupakan genosida. Sebab, pihak berwenang dinilai menahan dan menyiksa orang Uighur di kamp. Akibatnya, Amerika Serikat melarang impor kapas dan produk tomat dari Xinjiang karena kerja paksa yang dilakukan China. Negara-negara Eropa, Inggris, Jerman dll juga mengecam perlakuan diskriminatif China itu.

Namun hingga kini, pemerintah China terus menyangkal tuduhan PBB dengan menyatakan bahwa kamp berisi orang-orang Uighur itu merupakan pusat pelatihan kejuruan untuk memerangi ekstremisme agama.

Kita tentu lebih percaya PBB dan negara-negara yang mengecam China. Sebab pengakuan dari penduduk Xinjiang sendiri juga menyatakan hal yang sama.

Ideologi pemerintah China yang ateis memang menolak hal-hal yang sifatnya immateriil. Mereka menganggap ibadah kepada Tuhan tidak penting. Maka jangan heran mereka fokus dan ahli pada pembangunan material, infrastruktur, bisnis, persenjataan militer, olahraga dan semacamnya. Kepercayaan sebagian masyarakat kepada konfusianisme ‘menolong China’ agar tidak terlalu benci kepada hal-hal yang ghaib.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button