SUARA PEMBACA

Punggung Indonesia, Ditunggangi Siapa?

Pasca persekusi yang dialami Bunda Neno Warisman, deklarasi #2019GantiPresiden mendapat penolakan di sejumlah daerah. Terbaru, Riau dan Surabaya. Tudingan makar pun meluncur dari salah satu staf ahli kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin. Tak hanya itu, gerakan ini dituduh telah ditunggangi oleh salah satu ormas yang telah dibubarkan pemerintah, HTI. Mereka dianggap sebagai kelompok yang berada di balik layar dari membesarnya gerakan ini. Entah simpulan dari mana. Jurus mabuk ala pemerintah. Menuduh, mengintimidasi, mempersekusi siapa saja yang tidak sepakat dengannya.

Beredar pula video sweeping yang dilakukan aparat terhadap emak – emak yang memakai kaos #2019GantiPresiden. Perlakuan hukum yang berat sebelah menjadikan masyarakat merasa ilfeel dengan pihak kepolisian. Jika deklarasi #2019TetapJokowi dibolehkan, mengapa 2019GantiPresiden dilarang? Sekelas Bawaslu saja tak menganggap deklarasai #2019GantiPresiden melanggar aturan. Masyarakat pun berkesimpulan aparat hukum telah ditunggangi rezim Jokowi. Tidak netral dan tak imbang..

Harusnya pemerintah perlu berkaca diri. Mengapa sejak berkuasa begitu antipati dengan segal hal yang berbau Islam? Sejak kasus Ahok bergulir hingga kekalahannya pada pilkada lalu, aroma sentimen terhadap Islam dan umatnya mulai gencar. Dari penyampaian aspirasi melalui aksi 411 hingga 212, kriminalisasi ulama hingga umat jengah dengan tingkah polah rezim. Mayoritas berasa minoritas. Tudingan makar, anti pancasila hingga mengancam ideologi negara tak ragu disematkan pada mereka yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Sekiranya pemerintah patut bermuhasabah. Munculnya gerakan #2019GantiPresiden mungkin juga tak lepas dari luka menganga yang ditorehkan penguasa pada umat mayoritas di negeri ini. Kebijakan yang cenderung memihak asing membuat rakyat berpikir ada yang salah dari rezim. Bila gerakan ini semakin mendapat tempat di hati umat, semua bermula pada rekam jejak rezim ini dalam memerintah. Dengan apa ia memerintah serta bagaimana sosok kepemimpinan penguasanya? Sadar atau tidak, Indonesia saat ini masih ditunggangi kepentingan ideologi kapitalisme. Ideologi global yang masih saja dielukan sebagai sistem terbaik untuk mengelola negara.

Jangan heran bila kebijakan yang diterapkan mesti menguntungkan para pemodal (baca: kapitalis).
Ini yang harus dipahami. Musuh kita bukan berebut simpati diantara dua deklarasi. Musuh bersama yang bersembunyi di balik topeng demokrasi dan bantuan utang luar negeri. Ya, kapitalisme beserta derivatnya lah musuh sejati negeri ini. Umat dipecah belah dengan berbagai isu radikalisme dan terorisme. Musuh yang harus dibasmi dari muka bumi. Bukan malah menyerang saudara sendiri karena berbeda argumentasi.

Pangkal semua dari konflik antar kubu anak bangsa ini adalah model kepemimpinan yang lemah. Kebijakan yang tak mengindahkan aspirasi rakyatnya. Terutama sistem yang menaunginya. Masih ditunggangi para kapitalis penjajah dan penjarah sumber daya alam. Jadi, bila masih getol suarakan deklarasi, mari deklarasikan #2019GantiSemua. Agar Indonesia kembali berkah sebagaimana mulanya ia merdeka. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Inilah cinta yang sesungguhnya. Menyelamatkan nusantara dengan Syariah-Nya yang mulia. Semoga.

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Artikel Terkait

Back to top button