OASE

Sarjana yang tak Cerdas

Sarjana tapi tak cerdas. Berpendidikan tinggi, tapi sering ‘terpeleset’ pada perbuatan kontra undang-undang negara dan peraturan agama. Seorang sarjana atau bahkan seorang profesor atau guru besar sekalipun,tapi perilakunya tidak mencerminkan ilmunya. Maka profil orang semacam ini bukanlah seorang yang cerdas dalam pandangan Islam.

Mari kita renungkan sebuah hadis Rasul teladan yang disampaikan oleh Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar As-Shiddiq, pernah berkata:

أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .

”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi Saw lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (hadits riwayat Ibnu Majah).

Jadi kuncinya orang itu disebut orang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya.

Jadi, walau ada seorang sarjana atau bahkan profesor, tapi kalau dia ‘terbius’ dengan dunia atau terlalu cinta dunia sehingga lalai untuk berzikir kepada Allah, sering meninggalkan shalat, jarang baca Al-Qur’an atau bahkan berbuat korupsi dan pelanggaran syariat lainnya, maka dia bukanlah orang yang cerdas.

Betapa banyak orang-orang yang bergelar sarjana tapi tak cerdas. Dia salah dalam memprioritaskan kehidupan. Orientasi hidupnya hanya duniawi yang ‘fana’ ini,hanya memperturutkan hawa nafsunya, sehingga mereka lalai akan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Terkait hal itu juga, Sahabat Abu Bakar r.a. pernah berujar: “Sungguh kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa, dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat.” (Al-Baihaqi, As-Sunan Al-Kubra VI/353).

Mengapa demikian ? Sebab, takwa akan meringankan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkan dirinya ke dalam surga-Nya. Sebaliknya,dosa dan maksiat akan menyulitkan pelakunya dari hisab Allah SWT sekaligus memasukkannya kedalam azab neraka.

Alhasil, orang cerdas bukanlah orang yang ber-IQ tinggi atau mempunyai catatan prestasi akademik di bangku kuliah dengan nilai IPK yang mumpuni atau memiliki gelar akademik S-2, S-3 atau bahkan profesor dari perguruan tinggi bergengsi di dalam atau di luar negeri.

Orang cerdas adalah orang yang selalu bertakwa kepada Allah SWT, orang yang hidupnya selalu diisi dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan ragam dosa dan maksiat.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button