AL-QUR'AN & HADITS

Sejarah dan Perkembangan Tanda Baca Al-Qur’an

Penempatan harakat fathah di atas, sedangkan harakat kasrah diletakkan di bawah karena sifatnya istifal, sedangkan harakat dhommah di antara kedua posisi mulut yaitu tengah-tengahnya.[2]

Fase Kedua (Nuqath ‘Ijam)

Dalam penjelasan di atas pada periode pertama perkembangan syakal dan harakat. Ditemukan kesulitan dalam membedakan antara satu huruf dengan huruf yang lain (tashif).

Pada pemerintahan Abdul Malik bin Marwan (265-682 H), khalifah memerintahkan al-Hajjaj bin Yusuf at-Tsaqari yang juga merupakan gubernur Iraq dan ia juga memerintahkan seorang yaitu Nashr bin ‘Ashim al-Laitsy dan Yahya bin Ya’mar al-Adwani. Beliau semua itu murid juga murid dari Abdul Aswad ad-Duali yang kemudian mereka tersebut meneliti dan menganalisa kesalahan dan kekurangan yang menyebar di masyarakat Iraq.[3] Sehingga hasil penelitian tersebut menghasilkan poin dasar yang menjadi acuan, yaitu:  

Pengelompokan huruf yang sama bentuknya seperti ba, ta tsa, na dan ya yang bentuk awalnya ل ل ل ل ى, huruf ba dengan nun masing-masing diberi titik satu. Huruf ba titiknya di bawah satu seperti ب  dan huruf nun titiknya di atas seperti ن, kemudian huruf ta dan ya masing-masing diberi titik dua. Huruf ta seperti ت, dan huruf ya seperti ي, dan yang terakhir huruf tsa yang tidak memiliki kesamaan jumlah titik yaitu diberi titik 3 seperti ث.

Kemudian huruf jîm, ẖa dan khâ bentuk awalnya ح ح حmasing-masing diberi titik satu. Huruf jîm titiknya dibawah seperti ج huruf kha titiknya diatas seperti خdan huruf ẖa tidak diberi titik (ihmâl) seperti ح.  

Kemudian huruf dzâl dan dâl bentuk awalnya “ ذ – ذ ,“ untuk membedakan salah satu diberi titik yaitu huruf dzâl dengan titik satu diatas seperti ر.

Huruf ẖa, huruf ini tidak memiliki kesamaan dengan huruf-huruf ‘ijam baik dalam posisi sendiri, di tengah bersambung dengan huruf lainnya atau berada di akhir kata. Di awal atau di tengah bentuknya terbelah dan diakhir kata berbentuk bulatan saja.[4]

Fase Ketiga

Setelah pemberian tanda baca nuqath ‘irab dan nuqarh ‘ijam. Mushaf Al-Qur’an dipenuhi tanda titik yang menimbulkan kesusahan dalam membacanya.

Pada masa kepemimpinan Dinasti Abbasiyah, mulai adanya penembahan tanda baca yang berupa dhammah, fathah, kasrah, tasydid, dan sukun yang untuk memperindah dan mempermudah umat Islam dalam membaca Al-Qur’an.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button