RESONANSI

Semeru Haru, Semeru Lucu

Erupsi Gunung Semeru 4 Desember 2021 sangat mengejutkan. Viral video orang berlarian baik anak, orang tua maupun aparat, sementara di belakang membumbung asap hitam letusan. Guguran lava pijar disertai abu vulkanik. Delapan Desa di kabupaten Lumajang Jawa Timur terdampak, 14 orang tewas, 56 luka-luka, sembilan orang dalam pencarian. Sementara 1300 orang mengungsi. Bantuan kemanusiaan terus digalang.

Banyak korban tentu mengharukan demikian juga dengan masyarakat sekitar yang panik mencari keselamatan. Kadang lupa pada tetangga bahkan keluarga. Dalam video terlihat seorang ibu yang wajahnya hitam di penuhi debu sehingga sulit dikenali berupaya mengevakuasi diri. Ia membawa jas hujan yang ternyata di baliknya adalah putranya. Menyelamatkan sang putra dengan menyembunyikan di balik jas hujan.

Di tengah keharuan terselip cerita lucu. Ini berkaitan dengan mantan Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Dalam kunjungan ke Lumajang, Ibu Mensos ini melihat gundukan tanah di jalan. Lalu ia mencoba mengais gundukan tanah itu untuk menutupi jalan yang digenangi air. Lucunya ia mengurug dengan tangan kosong, tanpa pacul atau alat lainnya. Warganet tentu mencibir adegan pencitraan ini. Mungkin lima tahun mengurug juga tidak selesai bila dengan tangan kosong seperti itu.

Bukan Risma jika tiada “akting” dalam momen “penting”. Soal wajah cemberut tentu tak terlihat, tertutup masker, walau untungnya pada video itu Bu Risma tidak nampak marah-marah apalagi sampai keluar kata “saya tembak kamu”. Staf Mensos membantu mengais walau dengan alat yang seadanya.

Gunung Semeru telah berkali-kali meletus pertama tahun 1818, lalu tahun 1994, 2002, 2020, dan terakhir kemarin 4 Desember 2021. Puncak Gunung adalah Mahameru dengan kawah “Jonggring Seloko” di sebelah tenggara puncak. Bertipe vulkanian dan strombolian. Strombolian artinya erupsi yang bersifat eksplosif melontarkan batu pijar karena ada tekanan dari dalam kawah. Sifat lava lebih cair.

Jonggring Seloko dalam pewayangan adalah kahyangan tempat para dewa bersemayam. Bathara Guru dan penasehatnya Bhatara Narada. Saat kahyangan digempur habis oleh pasukan rasaksa pimpinan Kala Pracona, Bhatara Narada melempar Tetuko ke padang pasir. Bayi yang disiapkan melawan para raksasa. Setelah dilempar ke kawah Chandradimuko, Tetuko menjadi pemuda gagah Gatotkaca yang berhasil mengalahkan pasukan raksasa Gilingwesi tersebut. Kala Pracona terbunuh. Para dewa gembira dan bidadari dewi-dewi melempar bunga kebahagiaan.

Risma yang dengan tangan kosong mengais dan melempar tanah pasir untuk mengurug jalan tentu bukan sedang pamer kesaktian sebagaimana Bhatara Narada melempar Tetuko ke padang pasir panas atau Tetuko yang dilempar ke kawah Candradimuko atau bidadari dewi-dewi yang melempar kembang kebahagiaan.

Yang jelas Risma sedang melempar dan pamer pencitraan. Membuat sensasi kelucuan di tengah musibah erupsi gunung Semeru yang memilukan dan mengharukan.

Entah peran Risma bidadari atau raseksi Gilingwesi?

M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Bandung, 7 Desember 2021

Artikel Terkait

Back to top button