SUARA PEMBACA

Siapa Penumpang Gelap di Kubu Prabowo?

Penumpang gelap disebut-sebut menjadi benalu di kubu Prabowo. Mereka dianggap mendompleng Prabowo dalam kontestasi pilpres 2019. Mereka diklaim bakal menimbulkan chaos jika Prabowo tak lakukan rekonsiliasi dengan Jokowi. Inilah beberapa alasan yang dikemukakan menurut politisi Gerindra. Belum lama, isu penumpang gelap telah diklarifikasi sendiri oleh mereka.

Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono justru membantah keberadaan penumpang gelap yang tidak menyukai rekonstruksi Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Pernyataan Arief ini bertolak belakang dengan pernyataan sejumlah politikus Gerindra. “Jadi penumpang gelap itu cuma isapan jempol saja yang sengaja dilontarkan orang orang lagi banyak dapat untung gede dari perhelatan Pilpres,” kata Arief Poyuono saat dihubungi, Selasa (31/8). Poyuono berkelakar seluruh ‘penumpang’ sudah terdaftar dalam manifest penumpang. Artinya, seluruh pihak pendukung Prabowo-Sandi dalam Pilpres sudah jelas dan tidak ada yang disebut sebagai penumpang gelap. (Republika.co.id, 13/8/2019)

Pernyataan yang bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya. Mungkin pernyataan ini disampaikan unruk meredam soal penumpang gelap yang sudah kadung ramai diperbincangkan. Saat diminta penjelasan rinci siapa penumpang gelap yang dimaksud, tak juga punya jawaban jelas. Publik pasti tahu pendukung Prabowo adalah orang-orang yang benar-benar mengharapkan perubahan jika Prabowo menang. Diantara mereka adalah ulama, umat Islam, dan rakyat yang mendukung tanpa imbalan. Sayangnya, saat kalah sikap parpol dan koalisinya malah buang badan.

Isu penumpang gelap bisa saja dijadikan dalih agar rakyat tak lagi mencela Prabowo dan Gerindra. Lalu mengambinghitamkan yang masih gelap. Isu penumpang gelap mungkin pula dijadikan tameng agar rakyat memberi restu Gerindra dan politisi yang haus kursi berkoaliasi dengan kabinet Jokowi.

Siapa penumpang gelap? Mereka yang mendompleng umat untuk meraup suara. Mereka yang memanfaatkan suara umat untuk berkuasa. Mereka yang sok berjuang untuk rakyat. Tapi pada dasarnya berjuang demi kepentingannya sendiri. Mereka-lah penumpang gelap. Mudah berubah haluan demi secuil kekuasaan. Memperdaya umat dengan retorika ‘wah’. Habis manis sepah dibuang. Setelah pilpres, kembali ke asal. Tak ada lawan dan kawan. Semua berdasar kepentingan.

Kalau ada gelap, ada pula terang. Umat Islam bukan penumpang gelap. Mereka penumpang terang. Penumpang yang numpang hidup di Bumi Allah. Penumpang yang sadar posisi dia sebagai hamba Allah. Penumpang terang bukanlah pembela kepentingan. Mereka pejuang kebenaran. Penumpang terang selalu bersandar pada Islam. Sebab standar terang dan gelap dalam Islam itu sangat jelas. Mereka bukan pejuang karbitan. Apalagi abal-abal. Mereka berkawan dengan kemakrufan melawan kebatilan dan kezaliman.

Umat semakin cerdas. Tak akan mudah terpengaruh dengan isu murahan. Kecintaan mereka pada Islam dan ulamanya lebih besar dibanding sekadar kecewa pada seorang manusia. Mereka pun semakin menyadari bahwa berharap pada manusia tak dapatkan apa-apa. Berharap pada Allah mendapat berkah luar biasa. Hari ini kita saksikan bagaimana kualitas pejabat dan politisi di negeri ini. Semua ini hanya tentang mereka dan kursi. Bukan tentang perjuangan umat yang berlandaskan kebenaran dan perubahan hakiki. Saatnya umat satukan visi misi. Berjuanglah karena Islam, Allah, dan Rasul-Nya.

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Artikel Terkait

Back to top button