RESONANSI

Sibuk Politik, Narkoba Semakin Gencar

Belum lama ini, saya menelefon seorang kerabat di satu kampung pinggir pantai Selat Sumatera. Saya hanya ingin bertanya apakah peredaran Narkoba di kampung-kampung mulai berkurang. Saya bertanya mengingat isu benda haram itu tidak begitu viral belakangan ini.

Jawaban kerabat itu sangat mengejutkan. Bukannya mereda, pemakaian Narkoba semakin akut. Dan kian terbuka. Semakin terang-terangan.

Dia memberikan contoh yang mengerikan. Baru-baru ini kerabat saya itu meminta beberapa pekerja yang biasa membabat belukar di lahan miliknya, untuk kembali turun membabat. Dia heran. Salah seorang pekerja meminta agar si kerabat membayar “panjar” kerja.

Permintaan seperti ini tidak biasa di kampung. Tak biasa pekerja meminta upah di depan. Tapi, para pekerja itu berterus terang. Mereka perlu membeli sesuatu sebelum turun membabat belukar.

Kerabat tadi bertanya, mereka mau beli apa. Salah seorang membisikkan benda yang mau mereka beli. Mereka mau beli sabu-sabu.

Rupanya para pekerja kampung itu musti tambah tenaga dulu supaya semangat membabat bisa menggebu-gebu. Sabu-sabu konon bisa membangkitkan semangat dan tenaga.

Kerabat saya itu mengatakan, memang terbukti semua mereka membabat belukar tanpa keluhan penat. Turun mulai pukul sembilan pagi, baru istirahat pukul 12.30. Non-stop 3,5 jam.

Setelah makan siang, mereka lanjutkan lagi. Semangat kerja mereka tidak surut. Sampai selesai sore jam lima, stamina mereka tampak tak berkurang. Mungkin mereka tak mengerti bahwa rangsangan semangat itu hanya seketika sifatnya. Mereka tak sadar bahwa dalam jangka panjang sabu-sabu itu akan merusak dan membunuh.

Luar biasa. Sampai sebegitu dahsyat konsumsi Narkoba. Dan itu di tingkat kampung.

Selama ini sering terdengar anak-anak di bawah umur menggunakan “lem kambing”. Kemudian ada yang merekrut pengguna baru dengan memberikan sabu-sabu paket mini. Gratis. Setelah beberapa kali gratis, mereka akan mencarinya sebagai kebutuhan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button