TELADAN

Sikap Umar bin Khathab terhadap Bisnis Putranya

Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi, ulama dan cendekiawan muslim serta penulis yang sangat produktif dalam bidang Sirah Nabawiyah, biografi para sahabat dan sejarah peradaban Islam, menulis sebuah buku tentang Umar bin Khathab. Judulnya “Syakhsiyatu Umar wa Aruhu”. Oleh penerbit Pustaka Al Kautsar di Jakarta, buku itu diterjemahkan dan diterbitkan dengan judul “The Great Leader of Umar bin Al-Khathab”.

Salah satu bagian yang dibahas Prof. Shalabi adalah kehidupan Umar bersama keluarganya. Termasuk sikap Umar saat dirinya menjadi Amirul Mukminin, terhadap putranya, Abdullah bin Umar.

Umar pernah mengatakan, “Rakyat akan menunaikan kepada pemimpin apa-apa yang pemimpin tunaikan kepada Allah. Apabila pemimpin bermewah-mewahan, maka rakyat akan bermewah-mewahan.”

Umar adalah seorang pemimpin yang sangat ketat melakukan introspeksi terhadap diri dan anggota keluarganya. Ia sadar bahwa pandangan rakyat akan tertuju kepadanya. Dan, tidak ada gunanya bila ia bertindak keras terhadap dirinya, sementara anggota keluarganya bermewah-mewahan yang mengakibatkan mereka akan dihisab di akhirat kelak dan lidah rakyat tidak mengasihi mereka di dunia.

Bila Umar melarang rakyat untuk melakukan sesuatu, maka ia menemui keluarganya dan menyampaikan kepada mereka, “Aku telah melarang rakyat untuk melakukan ini dan itu. Rakyat akan melihat tindak tanduk kalian sebagaimana seekor burung melihat sepotong daging. Bila kalian melanggar, maka mereka akan melanggar. Dan, bila kalian takut melakukannya, maka mereka juga akan takut melakukannya. Demi Allah, bila salah seorang di antara kalian diserahkan kepada saya karena ia melanggar apa yang sudah saya larang, maka saya akan melipatgandakan hukuman kepadanya, karena ia kerabat saya. Siapa di antara kalian yang ingin melanggar, silakan! Dan, siapa yang ingin mematuhinya, juga silakan.”

Maka, Umar menjadi orang yang sangat ketat mengawasi dan memeriksa tindak tanduk anak-anaknya, istri-istrinya, dan kaum kerabatnya.

Umar melarang anggota keluarganya memanfaatkan fasilitas-fasilitas umum yang dikhususkan negara bagi sekelompok rakyat. Sebab Umar khawatir bila anggota keluarganya mengkhususkan fasilitas tersebut untuk mereka.

Abdullah bin Umar bercerita, “Aku pernah membeli beberapa ekor unta dan kugiring ke tempat penggembalaan. Setelah unta-unta itu besar dan gemuk aku mengambilnya.”

Abdullah selanjutnya bercerita, “Tatkala Umar pergi ke pasar ia melihat beberapa ekor unta yang berbadan gemuk, “Siapa pemilik unta-unta ini?” tanya Umar. Dikatakan kepada Umar, “Unta-unta itu adalah milik Abdullah bin Umar”. Kemudian, Umar mengatakan kepada saya, “Wahai Abdullah bin Umar Anda hebat!…hebat…!! Anda adalah seorang putra Amirul Mukminin! Ada apa dengan unta-unta ini?” Ku jawab, “Dulu, unta-unta ini kubeli dan kukirim ke tempat pengembalaan sebagaimana dilakukan kaum muslimin.“

Umar berkata, “Mereka pasti mengatakan, “Gembalakanlah unta-unta milik putra Amirul Mukminin! Berilah minum unta-unta milik putra Amirul Mukminin! Hai Abdullah, ambillah modalmu dan masukkanlah sisanya (keuntungannya) ke Baitul Mal kaum muslimin!.”

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button