NUIM HIDAYAT

Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia (2)

Masyarakat Islam merupakan kumpulan keluarga besar yang mengikat jalinan cinta dan saling menanggung, tolong menolong dan penuh rahmat. Ia merupakan kumpulan masyarakat rabbani, berperikemanusiaan dan berperilaku seimbang. Masing-masing individu hidup dalam kemuliaan akhlak, berinteraksi adil dan musyawarah. Orang tua mengasihi yang muda, orang kaya mengasihi yang miskin dan orang kuat memegang tangan orang yang lemah. Ia ibarat bangunan yang saling menguatkan.

Masyarakat Islami ada empat ciri yang penting: persaudaraan, saling menanggung, keadilan dan kasih sayang.

Persaudaraan. Masyarakat Barat kini telah rapuh persaudaraannya. Dalam Majalah Life, Februari 1999, Lee Atwater, penasihat politik Presiden Reagan dan Bush mengatakan, ”Rasa sakitku telah membantuku untuk mengetahui bahwa ada yang telah hilang dalam masyarakat. Hal itu kurasakan dalam diriku juga. Rasa itu adalah kurangnya rasa cinta dan kasih sayang, sedikitnya rasa persaudaraan.”

Beda dengan masyarakat Islam, rasa persaudaraan adalah hal yang sangat penting. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara.” (QS al-Hujurat 10). Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Rasul mengumpulkan dan mensaudarakan Salman al Farisi dengan Bilal bin Rabah al Habsyi dan Shuhaib ar Rumi, Abdurrahman bin Auf dengan Saad bin Rabi’ al Anshari, dan lain-lain.

Al-Qur’an menyebut persaudaraan sebagai nikmat Allah. “Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (pada masa jahiliyah) kamu saling bermusuhan.” (QS Ali Imran 103).

Untuk menguatkan bangunan persatuan dan persaudaraan masyarakat, Allah mengingatkan tentang bahaya bersikap sombong dan berbangga-banggaan.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka merekmengana itulah orang-orang yang zalim.” (QS al-Hujurat 11)

Rasulullah sangat menganjurkan perdamaian dan persaudaraan. “Maukah kamu aku beritahukan sesuatu  yang paling mulia dari derajat shalat, puasa dan sedekah?” Mereka berkata,”Mau ya Rasulullah.” Beliau bersabda,”Mendamaikan orang yang bermusuhan, karena rusaknya orang yang bermusuhan itu mencekik (sempit tidak nyaman).” (HR Abu Dawud)

Bahkan Islam membolehkan dusta demi memperbaiki antara dua fihak yang bermusuhan. Manakala hal itu dipandang sebagai satu paksaan dalam komunitas kaum Muslim yang secara terang hal itu membawa kebaikan. Rasulullah saw bersabda, ”Bukanlah merupakan suatu kedustaan apabila hal itu demi mendamaikan antara manusia, menumbuhkan kebaikan atau berkata baik.” (HR Bukhari)

Rasulullah juga menasihatkan,”Janganlah kamu saling mendengki, saling memata-matai, saling membenci dan saling memalingkan diri (acuh). Janganlah kamu menjual apa yang telah dijual fihak lain. Jadilah kalian semua hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim itu saudara Muslim yang lain. Janganlah menzalimi, menipu dan merendahkannya. Sudah dianggap satu keburukan bila dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim kepada Muslim itu diharamkan darah, harta dan kehormatannya.” (HR Muslim)

Ciri yang kedua dalam masyarakat Islam, adalah saling menanggung.  Rasulullah Saw menyatakan, ”Seorang Mukmin bagi Mukmin lainnya ibarat bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR Bukhari)

Dalam masalah saling menanggung (takaful) atau kerjasama ini, Allah SWT mengingatkan, ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS al-Maidah 2)

Dalam hal materi, saling tolong menolong masyarakat Islam ditandai dengan kewajiban zakat. Zakat membersihkan jiwa orang menunaikannya dari penyakit tamak, bakhil dan pelit. Bagi penerima zakat (atau sedekah) ia menghapus sifat iri, mencerca dan tidak membenci orang kaya. Dengan zakat ini maka terjadi saling sayang menyayangi antara orang kaya dan miskin. Bandingkan dengan sistem pajak dari Barat yang menimbulkan kerumitan dalam sistem ekonomi.

Ciri yang ketiga, adalah keadilan. Keadilan adalah nilai dasar kemanusiaan yang datang bersama Islam. Islam menjadikan nilai keadilan itu sebagai unsur penting dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan sistem politik. Al-Qur’an menjadi sumber tegaknya keadilan antara manusia yang merupakan tujuan dari risalah samawi yang universal ini.

Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS al Hadid 25)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS an Nisa’ 58)

Ciri keempat masyarakat Islam adalah kasih sayang.  Kaum Muslim, setiap kali berbuat baik mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim. Dalam ayat pertama surat al Fatihah ini Allah mengumpulkan sifat Rahman dan Rahim.

Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab sebelum menciptakan penciptaan makhluk bahwa rahmatKu itu telah mendahului kemurkaanKu, tertulis disisiNya di atas Arsy.” (HR Bukhari)

“Allah tidak akan merahmati orang yang dia tidak berkasih sayang sesama manusia.”  (HR Bukhari).

“Berbelah kasihlah kepada semua orang yang ada di muka bumi, niscaya kau akan dikasihi oleh semua penghuni langit.” (HR Tirmidzi)

Allah SWT mengutus penyampai risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia dan alam semesta. “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta.” (QS al-Anbiya’ 107).

***

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button