PARENTING

Surat Cinta untuk Generasi Tik Tok

Dear anakku…

Bagaimana kabarmu nak? Semoga Allah SWT selalu menjaga dan melindungimu. Kudengar kabar bahwa banyak di antara kalian yang suka bermain Tik Tok.

Senang ya nak kalau sedang bermain Tik Tok? Aku lihat raut wajahmu sangat gembira, tertawa lepas sambil menirukan gerakan tarian atau menyayikan lagu yang tengah hits. Barangkali kalian merasa puas bila orang yang melihat kelucuan gerakan tarian kalian merasa terhibur. Tidak ada yang salah nak, bila kalian ingin menyenangkan hati orang lain.

Namun, yang ayah bunda khawatirkan adalah kalian akan terjangkiti gangguan psikologi Narcissistic Personality Disorder (NPD) atau yang dikenal dengan narsis. Tahukah nak, narsis itu apa?narsis itu adalah ketika engkau haus pujian, perhatian dan decak kagum orang lain atau ada rasa ingin dikagumi. Sehingga engkau lebih sering berpura-pura demi untuk mendapatkan pujian dan kekaguman dari orang lain, engkau melupakan jati dirimu sendiri.

Nak, sungguh ayah bunda tidak ingin engkau menjadi pribadi yang berjiwa lemah, emosional, menjadi orang yang manipulatif, mudah berganti penampilan dan kepribadian demi bisa diterima dan dipuji oleh orang lain.

Dear anakku…

Engkau pernah bilang ke ayah, kalau Tik Tok itu adalah aplikasi untuk mewadahi kreativitas dan bakatmu, karena engkau bisa berjoget dan bernyanyi sesuka hatimu. Nak, ayah bunda senang sekali bila engkau ingin menyalurkan bakat dan kreativitasmu.

Salurkanlah bakat dan kreativitasmu melalui kegiatan ekstra kurikuler yang sudah difasilitasi oleh sekolah. Engkau bebas memilih nak, ekstra kurikuler apa yang ingin kau ikuti sesuai dengan bakatmu. Engkau bisa bermain alat musik, menyanyi, qiroah,menari dan yang lainnya. Engkau akan selalu dibimbing dan didampingi oleh bapak ibu guru maupun pelatih. Jangan kau salurkan bakat dan kreativitasmu melalui Tik Tok, karena akalmu belum sempurna untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah.

Sedih sekali nak, ayah melihat anak seusiamu mempermainkan gerakan sholat lewat Tik Tok. Astagfirullah… Tidak semua adegan dan gerakan Tik Tok layak untuk engkau ikuti. Engkau belum bisa membedakan mana adegan yang membahayakan diri sendiri dan memicu pada bullying. Usiamu masih terlalu dini nak untuk masuk dalam grup dan komunitas Tik Tok.

Anakku…dua tahun yang lalu Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pernah memblokir akses aplikasi Tik Tok. Pemblokiran ini lantaran pak menteri sayang pada kalian dan tidak ingin kalian terkena dampak negatif dari aplikasi tersebut. Masih ingat ya nak dengan Bowo? Kalau ada yang belum tau tentang Bowo, tak usahlah nak mencari tau. Bagi sudah pernah tau, ayah kabarkan pada kalian kalau Bowo sekarang sudah sadar dan tidak menjadi pengguna Tik Tok lagi. Ia sekarang Kelas IX dan sedang fokus belajar untuk menghadapi ujian sekolah.

Dear anakku…

Engkau pernah bilang ke bunda, dengan bermain Tik Tok bisa menghilangkan jenuhmu dari rutinitas dan padatnya belajar di sekolah. Nak, mungkin awalnya bermain Tik Tok bisa menghilangkan jenuh dan stress. Bunda khawatir bila sering bermain Tik Tok engkau akan kecanduan dan terjangkiti “nomophobia” no phone phobia atau gelisah ketika harus jauh dengan gadget.

Penderita nomophobia dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Konon, korban terbesar dari nomopbobia ini adalah remaja. Penyebabnya adalah kecanduan smartphone yang biasanya digunakan untuk main game, chatting, selfie ataupun aplikasi sebagai ajang narsis. Nak, bila engkau merasa jenuh dengan beban belajar di sekolah atau di tempat bimbel, mendekatlah ke ayah bunda. Ayah bunda selalu ada waktu dan ada cara untuk menghilangkan jenuhmu dan membuatmu bersemangat kembali.

Dear anakku…

Usiamu adalah waktu yang disibukkan dengan membaca buku, bermain bebas mengeksplorasi lingkungan, bermain dengan teman di sekolah atau tetangga, menulis buku harian, bersilaturrahmi ke rumah saudara dan tak lupa mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Semua itu akan menguatkan fisikmu, mengasah kecerdasanmu dan mengokohkan jiwamu. Sungguh merugi bila usiamu adalah waktu yang dihabiskan untuk mager (malas gerak) dengan main game, chatting dan bermain Tik Tok hanya untuk mengejar banyaknya follower. Andai engkau menjadi tenar karena Tik Tok maka ketenaran itu tidak akan lama dan tidak memberi manfaat untuk kebaikanmu maupun kebaikan orang lain.

Anakku..ayah bunda kisahkan kepadamu seorang anak yang hebat, sholih, dan karyanya dapat menjadi petunjuk dan penerang bagi kita semua.

Anak itu bernama Muhammad Ibnu Idris bin Abbas atau yang kita kenal dengan nama Imam Syafi’i. Meskipun dibesarkan dalam keadaan yatim dan kondisi keluarga yang miskin, tidak menjadikan Imam Syafi’i rendah diri, apalagi malas. Sebaliknya, keadaan itu membuat Imam Syafi’i tambah giat menuntut ilmu. Imam Syafi’i mencatat ilmu-ilmu yang telah diperolehnya pada kertas-kertas, kulit, dan tulang binatang. Hingga pada suatu hari, kamarnya penuh oleh kertas, kulit dan tulang. Setelah seluruh catatan pada benda-benda itu sudah Imam Syafi’i hapalkan, lalu benda-benda tersebut dibakarnya.

Kekuatan hafalan Imam Syafi’i sungguh luar biasa nak. Sampai-sampai seluruh kitab yang dibaca dapat dihafalnya. Imam Syafi’i telah mahir membaca dan menulis Arab pada usia 5 tahun. Pada usia 9 tahun, Imam Syafi’i telah hafal Al Qur’an 30 juz dan usia 10 tahun beliau sudah menghafal hadis yang terdapat pada kitab Al Muwaththa karya Imam Malik. Sulit rasanya nak, usia 9 tahun hafal Al-Qur’an 30 juz bila hari-harinya dilalui dengan bermain Tik Tok.

Dear anakku…

Pada saatnya nanti ayah bunda akan tua, penglihatan mulai rabun, punggung tak lagi tegak berdiri, kaki tak lagi panjang melangkah dan tangan tak lagi kuat mencengkeram. Saat itulah engkaulah yang akan menggantikan ayah bunda melanjutkan estafet pembangunan bangsa ini. Masamu harus lebih baik dari pada masa ayah bunda saat ini. Jadilah engkau pribadi yang cerdas akal, lembut hati, dan iman yang kokoh. Engkau yang akan mengendalikan dan menguasai teknologi, bukan yang tergerus oleh dampak negatif teknologi. Engkau akan memberikan manfaat kebaikan bagi umat sesuai dengan minat dan bakatmu masing-masing.

Rabbii hablii minash shalihiin, selalu menjadi doa ayah dan bunda semoga engkau selalu dalam keshalihan. Karena hanya keshalihanmu yang akan menjadi teman penyelamat bagi ayah bunda ketika menghadap Allah kelak. Hanya itu yang ayah bunda pinta darimu anakku…

Dari

Ayah dan Bunda yang mencintaimu karena Allah

(Fadiana)

Artikel Terkait

Back to top button