MUHASABAH

Surat Terbuka untuk Para Ulama, Kiai, Ilmuwan, Intelektual, dan Tokoh Islam

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Perkenankanlah saya mau mengemukakan pendapat, semoga saja bermanfaat.

Suatu kejadian yang kita hadapi, kadang yang mengetahui makna di balik kejadian itu hanya sebagian orang terutama para ulama, kiai, ilmuwan, intelektual, dan tokoh Islam. Sama-sama menyaksikan kebijakan, perkataan dan sebagainya, yang tahu makna tersiratnya hanya sebagian orang-orang terkemuka tersebut. Apalagi tujuan sebenarnya di balik kebijakan ataupun lontaran-lontaran dan sebagainya, yang paham betul hanyalah para manusia yang dikarunia daya nalar lebih dibanding manusia pada umumnya.

Apa yang diketahui oleh yang bernalar tinggi itu sejatinya perlu diketahui oleh banyak orang. Agar orang bisa waspada dan menempuh jalan yang benar. Namun, apakah mudah untuk menyampaikannya ke umat, ketika hal itu bisa dianggap gawat? Padahal banyak hal yang diketahui oleh yang berdaya nalar tinggi itu, dan sejatinya sangat penting untuk diketahui pula oleh umat. Karena memang Allah Ta’ala telah memberitahukan dengan ayat sucinya:

 {قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ }

“… Telahpun nyata (tanda) kebencian mereka pada pertuturan mulutnya, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi….” (Al-‘Imran: 118)

Apa yang di balik lontaran-lontaran yang tidak mengenakkan bagi umat, bahkan kebijakan-kebijakan yang tak sesuai dengan kepentingan umat, tujuan sebenarnya jauh lebih dahsyat, bisa jadi. Namun yang mengetahui itu hanya orang-orang yang dikaruniai daya nalar tinggi.

Suatu contoh, seorang Menteri Agama Munawir Sjadzali (1983-1993) zaman Presiden Soeharto, berpidato dalam wisuda sarjana di IAIN (kini UIN) Ciputat 1987. Munawir Sjadzali terang-terangan menyebutkan bahwa ada beberapa ayat Al-Qur’an yang kini sudah tidak relevan lagi. Bahkan tahun sebelumnya, dia berani mengritik QS An-Nisa’: 11, dengan mengatakan, hukum waris Islam tidak adil.

Karuan saja lontaran itu menjadi ramai tingkat nasional bahkan dunia Islam internasional. Sampai-sampai Kiai Ali Maksum Krapyak Jogja berani bilang, pelontarnya boleh jadi bisa murtad. Bahkan seorang Profesor dari Ummul Qura’ Makkah, Syaikh Ahmad Muhammad Jamal menulis berseri di Harian As-Syarq Al-Awsat berupa bantahan khusus untuk Menteri Agama Indonesia Munawir Sjadzali soal anggapannya bahwa hukum waris Islam tidak adil.

Tulisan di koran Arab itu kemudian saya muat di koran Harian Pelita (koran Islam tingkat nasional di Jakarta). Namun belum sampai seri terakhir, saya ditemui Pak Munawir Sjadzli di Puncak Bogor, agar tulisan itu tidak dilanjutkan dengan alasan tidak enak hubungannya dengan duta Arab di sini.

1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button