AKIDAH

Syirik, Dosa Tak Terampuni

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”(QS. An-Nisa: 48)

Mughirah bin Syu’bah adalah seorang sahabat dari Bani Tsaqif di Thaif. Tidak seperti kebanyakan kaumnya yang dengan gencar memusuhi Nabi Saw dan Islam, ketika Mekkah telah ditaklukkan, ia justru meninggalkan kota kelahirannya menuju Madinah untuk bergabung bersama Rasulullah, tidak lama setelah terjadinya Perang Uhud.

Meski saat jahiliyah ia memiliki sikap yang kurang terpuji, tetapi Islam berhasil membentuk dirinya menjadi sosok berkepribadian baik dan sangat mencintai Nabi Saw. Mughirah bahkan dipercaya Nabi Saw untuk menulis wahyu-wahyu yang turun. Ia juga pernah diperintahkan untuk menulis surat balasan yang dikirimkan beliau ke Uskup Najran, untuk mengajaknya untuk memeluk Islam.

Beberapa bulan berlalu setelah Perang Hunain dan perang Thaif, saat Mughirah sedang menggembalakan unta tunggangan Nabi Saw dan para sahabat lainnya di luar kota Madinah, tampak rombongan bani Tsaqif dari daerah Thaif, yang sebagian dari mereka adalah kerabatnya, berjalan menuju kota Madinah. Mughirah bergegas menuju masjid untuk memberitahukan Nabi Saw akan kedatangan mereka. Tetapi ia bertemu Abu Bakar, dan Abu Bakar memintanya untuk tidak mengatakan kepada Nabi Saw sebelum dirinya. Ia pun menerima saran Abu Bakar itu.

Kedatangan delegasi bani Tsaqif ini karena mereka dibayang-bayangi ketakutan akan diperangi Nabi Saw setelah mereka melakukan pembunuhan kepada Urwah bin Mas’ud, salah satu tokohnya yang telah memeluk Islam. Setelah diterima Nabi Saw, delegasi bani Tsaqif yang dipimpin oleh Abd Yalil ini menyatakan bersedia masuk Islam, namun dengan syarat. Mereka ingin tetap diperbolehkan berzina, minum khamr dan menarik/memakan riba, serta dibebaskan dari kewajiban shalat. Tentu saja semua persyaratan ditolak mentah-mentah oleh beliau.

Mereka juga sempat meminta agar diizinkan tetap menyembah berhala dalam beberapa tahun, tetapi sekali Nabi Saw menolaknya. Begitu juga ketika mereka memintanya hanya untuk beberapa bulan, minggu dan hari, Nabi Saw tetap menolaknya. Pada akhirnya mereka meminta agar tidak disuruh menghancurkan berhala-berhala sembahan mereka dengan tangan mereka sendiri. Nabi Saw pun menerima persyaratan itu hingga akhirnya beliau mengirimkan pasukan yang di dalamnya terdapat Mughirah dan Abu Sufyan, untuk menghancurkan patung-patung sembahan bani Tsaqif di Thaif.

Mughirah yang memang “putra daerah” dari Bani Tsaqif di Thaif itu, yang paling gencar dan bersemangat menghancurkan berhala-berhala tersebut. Ia berkata kepada sahabat lainnya, “Demi Allah, aku benar-benar akan membuat kalian tertawa karena sikap orang-orang Tsaqif..!!”

Setelah itu ia mengambil dua cangkul dan mendatangi berhala Lata yang selama ini menjadi sesembahan utama, sangat dihargai dan ditinggikan sekaligus ditakuti oleh Bani Tsaqif. Dengan dua cangkul tersebut, Mughirah merobohkan berhala Lata, dan tampak penduduk Thaif bergetar penuh ketakutan, seolah-olah dunia akan runtuh menimpa mereka. Bahkan ada yang berkata, “Semoga Allah mengutuk Al-Mughirah, dia tentu akan dicekik penjaga berhala…!!”

Mendengar perkataan tersebut, Mughirah melompat ke hadapan mereka dan berkata, “Semoga Allah memburukkan rupa-rupa kalian, berhala ini tidak lain hanyalah tumpukan batu dan lumpur yang hina…!!”

Kemudian Mughirah mengajak para sahabat untuk menghancurkan pintu penyimpanan barang dan merobohkan pagar-pagarnya. Tidak sekedar menghancurkan bangunan-bangunannya, bahkan ia menggali dan menghancurkan pondasinya, dan mengeluarkan harta dan barang simpanan di dalamnya, untuk diserahkan kepada Nabi Saw di Madinah. Orang-orang Tsaqif hanya terpaku tak percaya dengan apa yang dilihatnya tersebut. Dengan atribut dan “kebesaran” berhala Lata itulah selama ini mereka merasa bangga dan berkuasa. Begitu semua itu rata dengan tanah, seolah-olah segala kebesaran dan kebanggaan mereka selama ini ikut tercerabut dari akar-akarnya. Kemusyrikan pun sirna dari bani Tsaqif.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button