LAPORAN KHUSUS

Budaya Ilmu, Syarat Utama Bangkit dan Jayanya Suatu Bangsa

Jakarta (SI Online) – Barangkali ini adalah acara yang langka. Tidak banyak dilakukan. Seminar ilmiah internasional, dilakukan di malam hari, di mall pula. Tetapi itulah yang terjadi.

Kuliah Internasional “Budaya Ilmu Asas Kebangkitan Peradaban dan Tantangannya”, digelar At-Taqwa College Depok di Ballroom Pesona Square Depok, Sabtu malam 31 Agustus 2019. Pesertanya pun luar biasa. 400 kursi yang disiapkan panitia nyaris terisi penuh.

“Saya pun tak menyangka sambutannya akan seramai ini,” ungkap Direktur At-Taqwa College, Adian Husaini, saat mengantarkan kuliah yang menghadirkan cendekiawan terkemuka dalam bidang pendidikan dan pemikiran Islam asal Malaysia, Profesor Wan Mohd Nor Wan Daud.

“Tadi Profesor Mohammad Nor bertanya, kuliah kita ini akan menggunakan bahasa Inggris atau bahasa Melayu. Karena bukunya juga dalam bahasa Melayu, maka sebaiknya juga dengan bahasa Melayu saja,” kata Adian.

Maka selama satu setengah jam, Profesor Nor menyampaikan kuliahnya dan menjawab sejumlah pertanyaan peserta dalam bahasa Melayu.

Ada sejumlah kata berbahasa Melayu yang agak asing di telinga, tetapi secara umum penyampaian doktor dari Universitas Cichago AS sekaligus murid Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas itu dapat dicerna dengan baik. Sesekali Prof Nor menyampaikan ‘guyonan’ yang membuat peserta tertawa serentak.


Ilmu adalah maklumat yang bermakna. Memiliki budaya ilmu artinya bukan sekadar mengejar ilmu pengetahuan, gelar strata satu atau strata dua. Melainkan untuk menjadikan manusia yang bermoral dan beradab. Sebab tujuan ilmu adalah untuk membangun manusia yang berakhlak dan beradab.

“Ilmu bukan sekadar maklumat, information. Tapi makna. Makna mengenal diri, untuk mengenal Allah Swt. Setiap ilmuwan harus mengenal tuhannya. Setelah itu dia akan berakhlak, beradab, sebaik-baiknya. Bukan sekadar mau menguasai bidang-bidang tertentu saja,” ungkap Prof Nor yang juga Pengasas dan Mantan Pengarah Pengarah Pusat Pengajian Tinggi Islam, Sains dan Peradaban (CASIS), Universiti Teknologi Malayia (UTM).

Dalam konsep budaya ilmu seperti itulah, kata Prof Nor, hingga saat ini belum ada yang bisa melampaui Islam. Barat pun mengakui mereka belum berjaya.

“Sumbangan umat Islam, bukan hanya melahirkan orang-orang yang pakar dalam bidang optik dan lainnya, tapi membentuk manusia yang bertanggung jawab pada tuhannya, nabinya, manusia, dan makhluk lain. Pada bidang ini, dunia tak bisa mengungguli,” jelas Prof Nor.

Runtuhnya sejumlah kerajaan besar di dunia, termasuk Kekhalifahan Turki Utsmani, dianalisis oleh para ahli karena dua hal, ketiadaan sistem ekonomi yang unggul dan militer yang kuat. Namun, kata Prof Nor, sejatinya bukan itu pokok masalahnya. Kebobrokan ekonomi dan kelemahan militer sejatinya disebabkan oleh para ilmuwan atau intelektualnya yang angkuh dan sombong atas ilmunya.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button